بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Akhir-akhir ini bermunculan suara-suara sumbang tentang Salaf/Salafi. Bagaimana pandangan
MUI Jakarta Utara tentang istilah ini, silahkan baca di bawah ini :
Pandangan MUI Jakarta Utara
Tentang Salaf / Salafi
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Administrasi Jakarta
Utara mengeluarkan keputusan tentang Salaf/ Salafi. Keputusan itu
dikeluarkan secara resmi dan ditandatangani oleh Ketua Umum QOIMUDDIEN THAMSY dan Sekretaris Umum Drs. ARIF MUZAKKIR MANNAN, HI. Keputusan dengan judul Pandangan Majelis Ulama Indonesia Kota Administrasi Jakarta Utara Tentang SALAF/SALAFI itu dikeluarkan di Jakarta, 12 Rabi’ul Akhir 1430 Hl 08 April 2009.
Salinan teks selengkapnya sebagai berikut:
Salinan
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Kotamadya Jakarta Utara
Jl. Yos Sudarso No. 27-29 Telp. (021) 4357422, 4301124 Ext. 5375,
Fax. 4357422 Jakarta
—————————————————————————————————–
Pandangan Majelis Ulama Indonesia
Kota Administrasi Jakarta Utara
Tentang
SALAF/SALAFI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Administrasi Jakarta Utara,
MENIMBANG :
a. bahwa pada akhir-akhir ini berkembang kajian-kajian salaf di
beberapa daerah yang banyak masyarakat belum memahami makna salaf itu;
b. bahwa terjadi kesalah pahaman dalam memahami salaf;
c. bahwa muncul vonis sesat kepada keberadaan kajian-kajian salaf;
d.
bahwa oleh karena itu, MUI Kota Administrasi Jakarta Utara perlu
memberikan penjelasan tentang salaf/salafi, agar masyarakat tidak mudah
terprovokasi.
MENGINGAT :
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujuraat : 6)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzaab [33] :
36)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”. (QS. An-Nisaa [4] : 59)
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah)”. (QS. Al-An’am [6] : 116)
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah
langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami
telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi
mereka berpaling dari kebanggaan itu”. (QS. Al-Mu’minuun [23] : 71)
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada
Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya, mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At-Taubah [9] : 100)
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « كُلُّ أُمَّتِى يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ ، إِلاَّ مَنْ أَبَى » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ
يَأْبَى قَالَ « مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِى
فَقَدْ أَبَى »
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Seluruh ummatku masuk surga kecuali yang enggan.”
Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah siapakah yang enggan?. Beliau
menjawab: “Siapa yang ta’at kepadaku masuk surga dan yang ma’shiyat
kepadaku maka ia enggan (masuk surga).” (H.R. Al-Bukhari)
عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( تركت
فيكم شيئين لن تضلوا بعدهم ( ما تمسكتم بهما ) كتاب الله وسنتي ولن
يتفرقا حتى يردا على الحوض ) . أخرجه مالك مرسلا والحاكم مسندا وصححه
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku tinggalkan pada kalian dua hal kalian
tidak akan tersesat selama kalian berpegang dengan keduanya, (yaitu)
Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku. Keduanya tidak akan berpisah
sehingga masuk ke telaga (Al-Kautsar). (H.R. Malik secara mursal dan
Al-Hakim dengan sanad yang bersambung dan ia mensahihkannya)
حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ مِينَاءَ حَدَّثَنَا أَوْ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ
اللَّهِ يَقُولُ جَاءَتْ مَلاَئِكَةٌ إِلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه
وسلم - وَهْوَ نَائِمٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ . وَقَالَ
بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ
وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ . فَقَالُوا إِنَّ لِصَاحِبِكُمْ هَذَا مَثَلاً
فَاضْرِبُوا لَهُ مَثَلاً . فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ . وَقَالَ
بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ
وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ . فَقَالُوا مَثَلُهُ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا
، وَجَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً وَبَعَثَ دَاعِيًا ، فَمَنْ أَجَابَ
الدَّاعِىَ دَخَلَ الدَّارَ وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ ، وَمَنْ لَمْ
يُجِبِ الدَّاعِىَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ
الْمَأْدُبَةِ . فَقَالُوا أَوِّلُوهَا لَهُ يَفْقَهْهَا فَقَالَ
بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ . وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ
وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ . فَقَالُوا فَالدَّارُ الْجَنَّةُ ، وَالدَّاعِى
مُحَمَّدٌ - صلى الله عليه وسلم - فَمَنْ أَطَاعَ مُحَمَّدًا - صلى الله
عليه وسلم - فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ، وَمَنْ عَصَى مُحَمَّدًا - صلى الله
عليه وسلم - فَقَدْ عَصَى اللَّهَ ، وَمُحَمَّدٌ - صلى الله عليه وسلم -
فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ .
Sahabat
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, berkata: (suatu ketika) datang
para malaikat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau
tidur. Sebagian mereka berkata ia sedang tidur, sebagian lain menjawab,
matanya tertidur tetapi hatinya terjaga. Mereka berkata: sesungguhnya
teman kalian ini (Nabi Muhammad-penj) memiliki perumpamaan, maka
jadikanlah untuknya perumpamaan. Sebagian mereka berkata ia sedang
tidur, sebagian lain menjawab, matanya tertidur tetapi hatinya terjaga.
Mereka berkata, perumpamaannya seperti orang yang membangun rumah,
menyediakan hidangan dan mengundang orang untuk datang. Siapa orang
yang menjawab undangan, maka ia akan masuk rumah dan menyantap
hidangan. Yang tidak menjawab undangan maka tidak masuk ke dalam rumah
dan tidak menyantap hidangan. Mereka berkata, jelaskan ma’na
perumpamaan itu kepadanya agar ia memahaminya. Sebagian mereka berkata
ia sedang tidur, sebagian lain menjawab, matanya tertidur tetapi
hatinya terjaga. Mereka berkata rumah adalah (perumpamaan) surga, orang
yang mengundang adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka
siapa orang yang ta’at kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
maka ia ta’at kepada Allah. Siapa orang yang menentang Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia telah menentang Allah. Muhammad
adalah pembela diantara manusia (antara yang ta’at dan yang menentang).
(H.R. Al-Bukhari)
MEMPERHATIKAN :
Keterangan dan penjelasan dari beberapa da’i salafi yang telah dikonfirmasi oleh pihak MUI Kota Administrasi Jakarta Utara.
Dengan bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PANDANGAN MUI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA TENTANG SALAFI
Pertama : Penjelasan tentang apa itu SALAF/SALAFI
1.
Salaf/salafi tidak termasuk ke dalam 10 kriteria sesat yang telah
ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), sehingga Salaf/salafi
bukanlah merupakan sekte atau aliran sesat sebagaimana yang berkembang
belakangan ini.
2.
Salaf/salafi adalah nama yang diambilkan dari kata salaf yang secara
bahasa berarti orang-orang terdahulu, dalam istilah adalah orang-orang
terdahulu yang mendahului kaum muslimin dalam Iman, Islam dst. mereka
adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka.
3. Penamaan salafi ini bukanlah penamaan yang baru saja muncul, namun telah sejak dahulu ada.
4.
Dakwah salaf adalah ajakan untuk memurnikan agama Islam dengan kembali
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan menggunakan pemahaman para
sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Kedua : Nasehat dan Tausiyah kepada masyarakat
1. Hendaknya masyarakat tidak mudah melontarkan kata sesat kepada suatu dakwah tanpa diklarifikasi terlebih dahulu.
2. Hendaknya masyarakat tidak terprovokasi dengan pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab.
3.
Kepada para da’i, ustadz, tokoh agama serta tokoh masyarakat hendaknya
dapat menenangkan serta memberikan penjelasan yang obyektif tentang
masalah ini kepada masyarakat.
4. Hendaknya masyarakat tidak bertindak anarkis dan main hakim sendiri, sebagaimana terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Rabi’ul Akhir 1430 H.
08 April 2009
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
Ketua MUI JAKARTA UTARA
QOIMUDDIEN THAMSY