Alangkah indahnya jika kita bercengkrama dengan
anak-anak kita. Memainkah peran seolah-olah orang tua atau kakak bagi
mereka.Mereka memiliki keunikan tersendiri.
Sehabis mengajar tadi, beberapa santri memberi
bekas pada pengajar seperti kami. Apakah itu? Itulah soal-soal ceria mereka yang
berasal dari diri mereka sendiri. Ada seorang santri yang tiba-tiba bersin yang
tanpa dibarengi dengan do'a. Nah, tugas kami selaku pengajar tentunya tidak
diam. Harus mengambil peran. Karena tugas sesungguhnya bagi pengajar adalah
sikap 'cepat'. Kapan teledor, maka saat-saat itu pula menjadi pemicu
'berketerusannya' kesalahan. Sehingga, sikap tanggap perlu diadakan.
Kami pun mengajar santri bersangkutan untuk
mengucapkan 'alhamdulillah'.
Akhirnya berhasil. Sang santri patuh mengucapkan
'alhamdulillah'. Indahnya perasaan kami pun terjalin. Meskipun berawal dari kata
saja. Kata adalah modal bagi kita lebih baik. Sebab dengan kata pula akan
terjalin komunikasi lebih baik. Cobalah simak beberapa kejadian bersama kita.
Apa sebenarnya pemicu terjadinya pertengakaran, hal-hal yang tidak diinginkan.
Kalau terawang saya, pemicu minimnya soal kata saja. Bayangkan saja, jika kita
disapa dengan saapan terburuk. Langkah apa kita ambil? Rasanya sulit menerima
narasi orang tersebut.
Begitupula narasi baik, maka efeknya pun
berdampak plong didengarkan. Nah, anak kami jadikan cermin kata. Semenjak kecil,
diharapkan mengolah kata. Mampu mendengar perkataan do'a dari kekinian. Ada yang
saya lupa, sesungguhnya ungkapan 'alhamdulillah' bermakna do'a. Sehingga,
kemampuan kita dalam 'mendikte' anak kita merupakan wujud dakwah pada mereka.
Wahana pencerahan bagi mereka. Sangat indah suasana seperti ini. Menjamah kata
pada mereka seolah-olah berada di posisi 'keorangtuaan'. Memainkah kebahagiaan
di tengah-tengah do'a.
Semoga Alloh memudahkan para pendidik anak-anak
kita. Mendo'akan pula anak-anak sebagai generasi cemerlah di masa depan mereka.
Saat-saat kita tiada lagi bersamanya. Tetapi, mereka punya 'pegangan kuat'.
Yaitu doa'. Semoga amalanmu diridhoi, Nak. Amin.
29 Februari 2012
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك