Melaksanakan amanah merupakan mandat ilahi. Sudah
tidak ada kebahagiaan sesejuk ini. Yang bisa membuat hati kita terpanggil
menjalankan tugas dan hal-hal yang perlu diterapkan.
Sapaan "Kak". Itulah panggilan
yang kerap saya dengar dari beragam penjuru. Entah dari siswa SMA, maupun santri
di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran).
"Assalamu 'alaykum, kak!" sapa
santri di lorong kiri saat berkendara menuju masjid.
"Kak, bagaimana caranya ini..,"
harap siswa dibantu menyelesaikan persoalan fisikanya.
Dan semuanya itu berangkat dari sapaan "Kak".
Kata ini baru saya sadar penuh makna. Ada panggilan hati untuk menjadi
seolah-olak kakak kandung mereka. Saya tahu bukan sapaan hubungan darah ia
inginkan. Bukan interaksi famili ia harapkan. Tetapi, sayalah mesti sadar,
menjadikan diri ini seakan-akan kakak kandung mereka.
Saya merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara.
Adalah hal baru "bermetamorfosis" menjadi kakak mereka. Saya tidak punya
pengalaman menjadi kakak. Yang ada "album" menjadi adik. Dan bisakah saya
menjalankan profesi kakak itu? Yang kemudian berujung disapa "Kak"?
Mudah-mudahan bisa, saya yakin betul, tidak ada
yang rumit di dunia ini, kecuali bagi orang-orang yang tidak mau berusaha dan
bertawakkal kepada Alloh. Akan terasa sangat "istimewa" saat memiliki adik-adik
yang "ridho" menawar saya sebagai kakak. Saya sangat terpanggil, suatu ketika
bisa dijadikan lahan bersharing,
"Kak, aku ingin curhat..," pinta
siswa mengeluhkan persoalaan kehidupannya.
Maka yang tercipta adalah pemikiran untuk
"menyelesaikan" ragam lika-liku mereka. Terasa perih, tatkala tidak ada solusi
saat mereka meminta bantuan.
Apalagi menjawab,
Apalagi menjawab,
"Kakak lagi sibuk!"
Hilang rasaya profesi "pelayanan kemanusiaan"
ini. Untuk apa menjadi kakak jika tak lagi menjadi panutan? Tak lagi memberikan
solusi? Tak lagi mendengar ungkapan hati adik-adik saya? Jadilah saja orang
"awam" yang tak peduli, perhatiaan atas keluh-kesah anak-anak kita.
Saya merasa malu jika tak memberikan apa yang
terbaik. Malu jika hanya menjadi kakak otoritas tanpa landasan. Mengarahkan diri
tak "menjiwai" jiwa adik-adik saya.
"Dek, Kakak malu tak bisa memenuhi
pintamu..,"
"Dek, Kakak tidak bisa menjadi terbaik
bagimu..,"
Hmm.
Sulit menjadi terbaik, perjalanan sangat panjang
menujunya, namun kuusahakan menuju perihal terbaik itu. Meskpun baru di
perjalanan awal. Karena saya tahu, "perjalanan 1 mil dimulai dari 1
langkah".
"Dek, izinkah saya sekali lagi menjadi
adikmu. Merubah diri ini, memahamkan diri, bahwa kakak bersamamu."
Panggilan amanah "Kak" terasa malu menyandangnya.
Kapan? Apabila sapaan itu hanya dibibir. Profesi "Kak" seharusnya menjadikan
saya lebih dewasa.
8 Februari
2012
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك