Monday, January 14, 2013

Saat di Depan, Bersama, dan di Belakang Sang Anak "Tercinta"

Bismillah.

Sudah 4 hari mungkin, saya tidak OL, menimbang banyak tugas dan rapat-rapat yang juga penting harus dihadiri. Namun, hari ini ada kesempatan. Kali ini saya berminat membagi, sesuatu yang mendalam dan sangat inspiratif, bagi para orang tua, guru, dan semua pihak yang hendak menajamkan pendidikannya.
Suatu malam, sebetulnya saya ingin pulang, namun bertemu dengan seorang pengurus masjid. Dia sudah pensiun di sebuah SMP, namun karena tekadnya yang kuat untuk membagi ilmu, maka iapun mengajar di sebuah universitas swasta. Malam itu, ia menyentil sosok Ki Hajar Dewantara, beliau mengatakan, kira-kira seperti ini,

". Jika ingin mengajar, ingatlah perkataan Ki Hajar Dewantara:
1. Jika Anda berada di depan mereka.
2. Jika Anda berada bersama mereka.
3. Jika Anda berada di belakang mereka."

Saya tidak paham maksud dari perkataan di atas, saya sudah jamak berhadapan dengan siswa, tapi perkataan di atas masih saja abu-abu bagi saya. Ternyata beliau menginterpretasikan hal-hal di atas, kesimpulannya seperti ini:

"1. Jika Anda berada di depan mereka.

Maksudnya: Apa yang dilakukan seorang guru ketika berhadapan dengan siswa langsung. Kerap kali guru menampilkan sosok tak istimewa di depan siswanya. Hanya menampilkan sesuatu lumrah. Tidak ada nilai plus. Ilmu guru cenderung tidak maksimal. Tidak ada niat yang ikhlas dalam mengajar, sehingga yang nampak hanya patung bagi siswanya. Guru semestinya memberikan rasa apresiasi kuat kepada siswa, profil terbaik, memberikan pengetahuan kepada siswa, tidak sekedar melepaskan kewajiban.


2. Jika Anda berada bersama mereka.

Maksudnya: Kebanyakan siswa malu bertanya kepada guru. Entah apa alasannya. Mungkin saja karena guru menjadi moster tatkala bersama mereka. Guru seharusnya mampu membedakan posisi guru dan teman. Ambil contoh: mengapa anak di rumah lebih leluasa bertanya kepada orang tuanya? Jawabannya mudah, karena orang tua mampu berjibaku dengan anak-anak mereka. Rileks bersama anak-anak. Menjadikan dirinya pribadi akrab. Namun, fakta di dunia pendidikan kali ini sangat jauh panggang dari pada api, guru selalu saja mau menjadi contoh buruk, hanya mementingkan diri sendiri. Bayangkan saja, nanti memanggil siswa ketika ada keperluannya. Tapi, ketika siswa memanggil dia, eh malah mencari alasan untuk tidak membantu.


3. Jika Anda berada di belakang mereka.
Maksudnya: Nah, inilah alasan paling berkesan. Apa yang Anda sudah berikan ketika siswa-siswa kita sudah melihat dunia sekitar? Apa yang kita kontribusikan saat siswa pulang sekolah? Sudah tidak ada kontak indra? Jawabannya, di sinilah guru memberikan pemahaman agama sebagai kontrol sikap saat mereka melihat interaksi sosial di luar. Guru sudah menamankan aqidah, fikih, akhlak, dll sebagai patron siswa. Guru pun sewajibnya tetap mengontrol dikala mereka sudah berpakaian biasa. Tetap, menginspirasi dengan jutaan motivasi. "

***
Saya sangat kegirangan pacra inspirasi itu, sangat membantu, dan saya katakan kepada beliau, "Pak. Kali ini saya mendapat kuliah tambahan." Tiba-tiba dia mengelus-elus bahu saya, "Heee."
Sungguh perjumpaan dengan guru-guru inspiratif yang senior sangat bermanfaat, bayangkan saja, hal di atas sangat membantu saya di hari-hari akan datang. Barokallohu fikum, Pak.
3 Januari 2012

0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك