Sunday, January 20, 2013

Mahasiswa 'Nganggur' Berawal dari Laptop

Telusurilah di sudut-sudut ruang tunggu kampus. Apa yang nampak? Kumpulan manusia menapaki dunia luar via laptop kesayangan. Sungguh pemandangan sangat indah. Kita telah dibanjiri teknologi luar biasa ini. Wifi atau semacam wireless telah memudahkan akses keilmuan. Yang dahulunya kita sibuk mencari internet, bahkan patuh pada antrian demi menyicipi ada apa sebenarnya di luar sana?



Dan semua kini telah ditepis. Akses dunia maya mudah saja. Tinggal mencari jaringan kemudian connect. Sangat instan.



Kisah ini bisa saja menjadi hal mengharukan. Lantaran tidak disikapi dengan perlakuan dewasa. Artinya, alat-alat elekronik itu menjadi beban saat melupakan hal terpenting. Sebut saja kejadian yang sempat saya alami. Ketika itu, bimbingan bersama dosen. Di luar ruangan terpajang puluhan mahasiswa menjamah laptopnya. Saya tentunya tidak usah menanyakan perihal apa dilakukan. Cukup gambaran saja, rerata di kampus, aktivitas lumrah yakni berselancar maya.



Sayup-sayup terdengar di dalam ruangan bimbingan suara adzan sholat ashar. Membuat gejolak dalam hati. Apakah tetap bercengkrama dengan dosesn atau meninggalkan sejenak kemudian memenuhi panggilan Alloh. Saya lekas teringat perkataan khatib Jum'at,



"Manusia di dunia laksana musafir yang mempersiapkan perbekalan untuk akhirat kelak."



Terketuk hati ini, mana mungkin mematung bersama dosen? Bukankah konsultasi  ini perkara dunia? Sesungguhnya konsultasi 'tertinggi' ialah bersama Robb kita? Bukannya saya melalaikan dosen ini, tetapi ada kata: pending. Yuk, kita berbarengan sholat dulu. Singkirkan dulu perihal interaksi dunia. Karena 'dunia' adalah sementara.



Lebih memilukan lagi setelah meninggalkan ruang konsul tadi. Tepat di hadapan, puluhan mahasiswa keranjingan laptop. Tidak ada yang bergeming. Sementara muadzin 'setengah mati' mengumandangkan adzan, memanggil kita sholat jama'ah! Wahai penjamah laptop, samakah antara orang yang menunaikan kewajiban dan meninggalakan kewajiban?

Sekali lagi, Samakah antara orang yang mengetahui dan tidak mengetahui?



Malu saya menjawab.



Kini kekhawatiran kita apabila laptop ini menjadi aset 'amnesia' beribadah. Yang setiap kali menatap layar komputer, saat itu pula kita menjadi budaknya. Dan kemudian menutup telinga atas perintah Alloh dan Rosululloh. Tapi, ini masih prediksi saja. Tergantung tokoh pelakunya pandai-pandai memenej waktu. Wallohu a'lam.



Ah, saya malah berpikir sekarang. Alangkah beruntunganya anak-anak yang putus sekolah karena biaya pas-pasan. Apalagi mau memiliki laptop! Rasanya beban.



Namun, di sisi lain diperkaya dengan keimanan. Mereka meninggalkan aksi dunia. Dan bersimpuh di hadapan Alloh.



Saya sekarang memahami arah 'pengangguran'. Kepada siapa sesungguhnya!



Sesungguhnya interpretasi pengangguran diarahkan pada mahasiswa yang telah mendengar kewajiban, tetapi tak kunjung mengindahkan panggilan Robb-nya. Nganggur ibadah.



Sebaliknya, meskipun tak kuliah, namun tetap konsisten menjalankan ibadah. Inilah wujud manusia pekerja. Meskipun tak nampak nilai keuangannya. Biarlah Alloh yang membalasnya.



Semoga masih ada harapan, melihat wajah mahasiswa yang condong beribadah hanya kepada Alloh. Bismillah.

4 Maret 2012




0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك