Alhamdulillah, jika kita masih menyempatkan membaca judul ini. Berarti
kita telah berani mengambil langkah nyata dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Pernikahan adalah prosesi akad yang betul-betul harus diemban. Tak mudah untuk
itu. Sebab, ada-ada saja pertarungan datang tiba-tiba. Memang diri kita bukanlah
petinju yang siap melawan pihak yang menyerang. Tetapi, serangan itu berasal
dari dalam diri. Itulah 'musuh' ketidak syukuran. Dimana peran harta, benda
dunia, mengepul pemikiran hingga harus memiliki apa yang tak haru s dimiliki.
Inilah sampel dari beberapa pihak yang kita cintai. Katakanlah istri kita. Yang menjadi jembatan hati, kadang memiliki 'penyakit' ketidaksyukuran. Terlalu meminta kadar lebih dari harta suami.
Inilah sampel dari beberapa pihak yang kita cintai. Katakanlah istri kita. Yang menjadi jembatan hati, kadang memiliki 'penyakit' ketidaksyukuran. Terlalu meminta kadar lebih dari harta suami.
Bahagia pun langka ditemunan!
Bila bahagia dalam rumah tangga itu sebuah barang dagangan, tentu orang akan berebut membelinya. Harganya pun akan melambung tinggi melebihi barang-barang yang lain. Atau bisa saja sang pemilik barang tidak mau menjualnya walau ditawar dengan harga berapapun, sebab ia pun memerlukan barang itu. Saking diperlukannya!
Itu karena rasa bahagia menjadi sebuah hal yang sangat berharga.
Untuk menikmati hidup nan bahagia. Mari kita lirik sejenak napak tilas kehidupan Rosululloh.
Sungguh, amat beruntung kita menjadi umat Rosululloh, memiliki pribadi memesona. Istri beliau, Aisyah pernah mengisahkan bahwa jarang ada nyala api untuk membakar roti atau makanan di rumah Rosululloh. Untuk makan, beliau cukup dengan kurma dan air.
Tempat tidur beliau hanyalah sebuah tikar yang kasar, yang apabila bangun, nampak ada bekas tikar di pipi beliau.
Aisyah pun bercerita bahwa keluarga nabi tidak pernah merasa kenyang dengan roti gandum selama 2 hari berturut-turut sampai beliau meninggal. Kondisi demikian, membuat kita mengevaluasi diri, apakah masih rakus diri ini 'menghias' diri dengan perhiasan dunia? Masih adakah contoh keluarga seperti ini?
Dimanakah istri qonaah itu? Yang tidak meminta banyak pada suami?
Ah, memang betul wanita kayaknya tidak ada bernama 'qonaah' sebab itu adalah karakter. Lalu, apa yang dimaksud qonaah itu sendiri?
Qonaah adalah rasa puas dengan apa yang dimiliki. Ridho dengan ketentuan Alloh. Lawannya adalah tamak dan rakus, yang senantiasa tergiur oleh kehidupan dunia, tidak pernah merasa cukup dengan apa yang ada pada dirinya.
Istri qonaah adalah pasangan hidup yang menerima apa adanya atas pemberian Alloh. Mensyukuri hasil kerja suami, hingga harus minim digenggaman tangan. Suami yang mendapatkan istri seperti ini akan merasa bahagia dan selalu berada dalam kucuran nikmat. Dia ridho atas ketentuan Alloh.
Tidak menuntut akan harta, meminta pakaian, makanan, hingga ia bersyukur dalam tiap hentakan nafasnya.
Alangkah inidahnya hidup seperti ini. Bersama istri qonaah. Dalam diri dia ada kekayaan 'hati'. Yang tidak akan musnah dalam tiap detik langkah.
Ya Alloh, jadikanlah istriku menguatkan imannya kepada-Mu bahwa Engkaulah pemberi rezeki. Meneladani kehidupan Rosululloh, sahabat, tabi'in. Melihat pada orang yang lebih rendah dalam urusan dunia.
Amin.
15 Juni 2012
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك