Friday, January 11, 2013

Ini Anak, Kok Temannya Ditonjok Saat Sholat?

Kurang ajar atau kurang didikan anak itu? Kok dengan santainya menonjok temannya yang lagi sholat magrib dalam keadaan masbuq (telat). Keras lagi pukulannya. Seperti tak ada hati saja.

 Seketika itu, saya pelototi matanya, memfokuskan perhatian saya ke kedua bola matanya. Sang anak langsung linlung, salah tingkah, sekali lagi saya pusatkan mata saya kepadanya. Ini bukan perkara ringan.

 Saat kawannya menghadap Alloh, loh kok dengan ringannya ia menghempaskan tangan kanan menonjok kawan dari belakang. Coba bayangkan jika hal ini terjadi pada anak kita. Apa tindakan konkrit yang segera kita luncurkan? Mudah-mudahan kita bersabar di atasnya.

 Saat anak itu hendak berpijak, saya mengekornya dari belakang. Kemudian saya sapa,

"Dek, dek!"

Dia berbalik dengan cemas, "......."

"Kok tadi temannya dipukul?" tanya saya dengan merunduk setinggi anak itu.

"Tadi dia main pukul-pukul, dia pukul juga saya," bantahnya dengan kecemasan.

"Kok lagi sholat dipukuuuul?" pelan-pelan saya menasihati.

"....," malu anak itu dan kemudian saya usap kepalanya tanda bahwa saya tidak dendam.

 Pemabaca yang budiman, ada saatnya kita memerlukan alasan-asalan mengapa seseorang itu mengambil keputusan. Tidak boleh kita mengadili begitu saja. Menjustivikasi tanpa tabayyun (mengecek kebenaran). Siapa tahu mereka belum paham bagaimana kedudukan ibadah itu.

 Nah, saya mengidentifikasi hal ini. Apa pasal hingga terjadi tragedi "pemukulan" saat beribadah?


Analisis saya seperti ini:

1. Anak itu belum mengetahui kapan bermain dan serius. Kondisi beribadah merupakan momen yang mana tidak boleh ada interaksi eksternal mengganggu. Apalagi membatalkan ibadah.

2. Anak itu tidak paham status dosa yang ia sandang tatkala mengganggu ibadah temannya.

3. Anak itu hilang kontrol, melupakan sifat "tenang". Masjid merupakan rumah Alloh. Tempat dimana seseorang memerlukan ketenangan.

 Oleh karena itu, saran saya, janganlah kita menyikapi kejadian yang sama nanti dengan sikap instan menjustifikasi. Perlu komunikasi dan pendalaman sifat anak-anak kita.

11 Februari 2012

0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك