"Dakwah kadang mulus dan kadang terhambat."
Apa alasan saya mengatakan itu? Tentu saja dengan
beberapa stimulus-stimulus yang saya dapatkan. Serasa menggenggam bara api,
kadang kecewa, marah, bahkan menyalahkan diri sendiri, mengapa
keponakan-keponakan saya sulit dibimbing dalam konteks:
a. Jangan mengambil makanan terlalu
berlebihan.
b. Jangan makan berdiri.
c. Masuklah dengan memberi salam.
d. dll.
Ketiga unsur di atas, adalah momentum "berat"
yang ada di depan mata saya, entah ketika makan, berada di dalam rumah, dan
situasi tertentu: khususnya do'a.
Kebijakan yang saya ambil adalah menyalahkan
pihak "sumber". Siapa itu? Tentu saja bukan Anda, melainkan saya pribadi, karena
saya yang lebih dekat dengan mereka, bukan Anda. Sehingga, kadang dalam iklim
do'a saya, mengharapkan hidayah mengena mereka. Melekat pada pola hidup mereka:
keponakan saya yang masih kecil-kecil.
Harapan jelas ada, yang tidak ada adalah putus
asa!
Memang, hidup ini adalah fitnah. Jika saya
terjemahkan pada konsep, fitnah adalah cobaan.
"Cobaan bukan untuk ditangisi!" hibur beberapa
motivator.
Tapi, kadang saya tangisi juga! Sekali lagi
berat! Mereka adalah generasi Rosululloh, penerus Islam, apa jadinya jika orang
di sekitarnya (baca: saya) tidak berkontribusi pada segmen perubahan mereka?
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك