Saturday, December 29, 2012

2 Arena Maaf, di Awal dan Akhir Romadhon

"Maaf" merupakan kata sensitif bagi sebagian orang. Maksud saya, perkataan "maaf" ini hanya bisa dilontarkan bagi pelaku-pelaku yang rajin mendalami hikmah dari dampak perbuatan salah. Sehingga mudah baginya mengucapkan kepada objek siapapun. Namun, di sisi lain, kata inipun menjadi "kata beku" bagi orang-orang yang senang menyakiti hati-hati orang. Entah memiliki kesalahan atau pun tidak, bibir atas dan bawah orang-orang seperti ini selalu saja "saling merekat kuat". Sukar sekali. Tentu saja, saya tidak mengharapkan hal ini berada pada posisi saya.

Aktor-aktor seperti ini yang sukar mengubar maaf, tentunya mencari iklim tertentu dalam pelontaran kata maaf. Sehingga 2 titik kuasa di antar bulan romadhon sebagai ajang pemanfaatan: Pra Romadhon & Pasca Romadhon.
Saya tentunya tidak menjastis bahwa itu perbuatan SALAH, TIDAK. Tapi, dimanakah mereka pada saat dibutuhkan kata maaf? Ambil contoh, sekitar 4 bulan lalu (wallohu a'lam), rekan kuliah saya meminjam buku. Tentunya demi kebutuhannya, sangat ego jika saya tidak mengindahkan permintaan itu. Namun, hingga saat ini (saat tulisan ini saya posting), belum ada klarifikasi pengembalian. Sementara buku itu dari beberapa waktu lalu sudah saya beri "memohon pengembalian" alih-alih saya pun membutuhkannya.

Saya 1/2 yakin, kata maafnya dan pengembalian buku itu, pasca ramadhan. Sungguh menyedihkan!
Ada pun, kepada rekan-rekan yang sering membanjiri layas SMS saya pada Romadhon untuk bermaaf-maafan, maafkanlah saya kalau belum satu pun yang saya balas. Bukan alasan bahwa saya tidak mengenal mereka, atau tidak ada PULSA. Saya sangat apresiatif orang-orang itu.
Dan saya pun, hendak menjawab respon itu. Selayaknya Alloh berfirman, artinya:
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (QS. Asy-Syuuro:43)

Tetapi, mengapa mereka selalu saja menggunakan sejarah "klasik" dalam SMS-an maaf. Selalu saja ramadhon dijadikan rel perlombaan maaf. Sementara orang yang tersindir, terluka hati, sakit hati, telah memendam rasa itu sekian bulan, tahun. Dimanakah mereka di saat dibuthkan kata maaf? Bisa jadi orang itu sudah mendahului Anda merasakan rumah 2 x 1 meter yang pasti itu.
Dengan meminta maaf? Saya pun bertanya kepada mereka yang sering menyuarakan maaf pada iklim tertentu, "Apa ada dalil shahih tentang ini?"

4 Agustus 2011

0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك