"Maaf" merupakan kata sensitif
bagi sebagian orang. Maksud saya, perkataan "maaf" ini hanya bisa dilontarkan
bagi pelaku-pelaku yang rajin mendalami hikmah dari dampak perbuatan salah.
Sehingga mudah baginya mengucapkan kepada objek siapapun. Namun, di sisi lain,
kata inipun menjadi "kata beku" bagi orang-orang yang senang menyakiti hati-hati
orang. Entah memiliki kesalahan atau pun tidak, bibir atas dan bawah orang-orang
seperti ini selalu saja "saling merekat kuat". Sukar sekali. Tentu saja, saya
tidak mengharapkan hal ini berada pada posisi saya.
Aktor-aktor seperti ini yang
sukar mengubar maaf, tentunya mencari iklim tertentu dalam pelontaran kata maaf.
Sehingga 2 titik kuasa di antar bulan romadhon sebagai ajang pemanfaatan: Pra
Romadhon & Pasca Romadhon.
Saya
tentunya tidak menjastis bahwa itu perbuatan SALAH, TIDAK. Tapi, dimanakah
mereka pada saat dibutuhkan kata maaf? Ambil contoh, sekitar 4 bulan lalu
(wallohu a'lam), rekan kuliah saya meminjam buku. Tentunya demi kebutuhannya,
sangat ego jika saya tidak mengindahkan permintaan itu. Namun, hingga saat ini
(saat tulisan ini saya posting), belum ada klarifikasi pengembalian. Sementara
buku itu dari beberapa waktu lalu sudah saya beri "memohon pengembalian"
alih-alih saya pun membutuhkannya.
Saya
1/2 yakin, kata maafnya dan pengembalian buku itu, pasca ramadhan. Sungguh
menyedihkan!
Ada
pun, kepada rekan-rekan yang sering membanjiri layas SMS saya pada Romadhon
untuk bermaaf-maafan, maafkanlah saya kalau belum satu pun yang saya balas.
Bukan alasan bahwa saya tidak mengenal mereka, atau tidak ada PULSA. Saya sangat
apresiatif orang-orang itu.
Dan
saya pun, hendak menjawab respon itu. Selayaknya Alloh berfirman, artinya:
"Tetapi orang yang bersabar dan
memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diutamakan." (QS. Asy-Syuuro:43)
Tetapi, mengapa mereka selalu
saja menggunakan sejarah "klasik" dalam SMS-an maaf. Selalu saja ramadhon
dijadikan rel perlombaan maaf. Sementara orang yang tersindir, terluka hati,
sakit hati, telah memendam rasa itu sekian bulan, tahun. Dimanakah mereka di
saat dibuthkan kata maaf? Bisa jadi orang itu sudah mendahului Anda merasakan
rumah 2 x 1 meter yang pasti itu.
Dengan meminta maaf? Saya pun
bertanya kepada mereka yang sering menyuarakan maaf pada iklim tertentu, "Apa
ada dalil shahih tentang ini?"
4 Agustus
2011
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك