Monday, January 14, 2013

Tempat Tersepi di Dunia

Usahakanlah dalam derap langkah kita tetap menaruh perhatian pada anak-anak. Di saat susah pun tetap konsisten melakukan aktivitas ini. Bagi kita, mungkin hal itu terlalu manja. Membuang waktu saja. Namun, di sisi lain, bersamaan kemanjaan itu. Berlanjut pula kikisan hati pada anak kita.

Saya memang belum punya anak, karena belum menikah. Setidaknya, bacaan pendidikan anak harus saya telaah demi masa depan. Mendidik anak bukanlah saat mempunyai anak. Ada pondasi kuat harusnya sebelum melangsungkan akad.  Artinya semakin dini mempelajari, semakin kuat pula dasar teori yang kita miliki. Jangan ada waktu dimana kita tidak memiliki ilmu parenting (pendidikan anak). Sebagaimana nuansa keislaman kita, jangan pula kabur akibat malas menjamah buku.

Orang tua, berindikasi tua ilmu. Ilmunya lebih banyak ketimbang anaknya. Lebih bijak dalam mendidik, paham karakter anak, menanamkan aqidah keislaman, dan masih banyak lagi edukasi penting yang harusnya ditanamkan oleh orang tua. Tetapi, yang nampak selalu saja anak tumpuan amarah.

Anak adalah produk kesalahan. Setiap masalah di kantor, ditumpahkan padanya. Sehabis mengajar, si anak dipukul akibat tidak mendapat nilai 100.

Sungguh, pemandangan pilu.

Wahai orang tua, sangat berbeda antara menyayangi anak dan mencederai anak. Rumah bukan arena tinju. Meninju anak dengan cercaan, bahkan tragisnya ada orang tua memberikan bekas luka di fisik anak tercintanya.
Naudzubillah.

Duhai, kasihan anak-anak kita, yang air matanya kerap meleleh. Baik yang nampak maupun tidak.

Untuk itulah, sebagai kakak, saya mencoba 'lari' pola didik seperti di atas. Barangkali masih ada pendidikan lebih plong untuk anak kita. Itulah "Pendidikan Cinta karena Alloh" pada anak. Sungguh, inilah peran paling indah dilakoni.

Semua aksi kita anak terasa sejuk saat mencintai anak alasan karena Alloh. Perhatikan, jika kita ingin memukul anak, tiba-tiba teringat di kepala "Apakah ini dicintai Alloh?", tiba-tiba tangan kita diturunkah. Kembali mengevaluasi tindakan.

Sehingga, saat itu, mengunjungi keponakan di sekolanya merupakan kisah tersendiri. Padahal sebelum itu, saya mendapat masalah. Tetapi, sebagai ajang 'penutup' amarah, saya mencoba melihat keponakan di sudut kelasnya. Saya senyum, dan dia pun senyum. Sangat indah.

Saat itulah, masalah langsung 'menyingkir'. Hilang.
Sungguh indah, pemandangan hati ini. Yang selama ini anak kita sepi kunjungan orang tercinta, saya mencoba menabur cinta via senyuman. Agar kesepian di hatinya bisa terobati.

Mencintai anak, memberi senyuman adalah saat terindah bagi saya. Semoga Alloh menjadikan kisah ini sebagai amal ibadah. Amin.

Mari kita semarakkan semangat mencintai anak karena Alloh. Bismillah.

 7 Maret 2012

0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك