Wednesday, January 9, 2013

Cara Menyajikan 24 Menjadi 5 Jam Sehari

Guru seharusnya belajar mencinta karena Alloh. Ya, artinya sebelum mengajar setidaknya ada bekal pendidikan dia miliki. Minimal dari keluarganya. Terkadang kita banyak melihat, betapa sukarnya menata murid-murid di kelas. Dan kita dengan entengnya 'menjinakkan' mereka dengan hentakan kata, bahkan fisik. Naudzubillah. Sementara kita tidak berpikir dampak pasca kejadian itu! Bukan hanya fisika yang sakit, tetapi ada wilayah sensitif yang kena: itulah HATI.

Mereka, para murid-murid kita adalah ciptaan Alloh. Yang senantiasa belajar, beradaptasi dengan lingkungan dan teman-temannya. Kalau pun mereka 'keliru' dalam bertindak, maka guru hendaknya 'belajar' memahami. Karena guru adalah panutan, tauladan dihadapan murid. Apalagi, memang sejak awal kepergian mereka dari rumah menuju sekolah, berarti dia menuju ke orang tua kedua mereka. Nah, bagaimana jika orang tua kedua justru menambah beban para murid? Inilah sumber keretakan anak-anak kita. Terlalu semberono kita memvonis murid.

"Kamu anak nakal!" kita dengan enteng berkata.

Untunglah si anak tidak membalas, "Pak, kalau saya nakal, trus bapak dimana peran bapak selama ini?"

Ah, memang ada yang salah dalam benak kita. Ada penyakit 'anemia' cinta dalam diri kita selaku guru.

Itulah cinta yang kian dikikis oleh lingkungan, dan tragisnya kita tak memiliki cinta. Bagaimana mungkin mencintai murid? Sementara keluarga sendiri yang berada di rumah tak dicintai juga? Alangkah egonya diri kita.

Kadang dunia pekerjaan kita, itulah peran guru, ikut serta dalam menipiskan waktu bercengkrama bersama keluarga. Masuk kerja pukul 7 pagi, pulang pukul 2 sore. Sampai di rumah minta dijamah oleh pasangan! Setelah itu, istirahat! Malamnya tidur lagi! Oh, sedikitnya cara membagi karunia waktu 24 jam yang kita dianugrahkan oleh Alloh. Dulunya 24 jam, kini sehari hanya 5 jam bersama keluarga. Lantas, bagaimana menanam benih cinta kita pada pasangan jikalau diberi limit waktu seperti ini? Malah, kita sibuk dengan membahas dunia! Tak sadarkah kita bahwa amanah akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh?

Kini, ya, hari ini, kita harus kembali mengevaluasi langkah kita. Siapapun kita! Entah pemuda, orang tua, dan semua pihak, kembali merefleksi betapa banyak habis waktu kita untuk bercengkrama dengan dunia dan melupakan kehidupan akhirat kelak!

Astagfirulloh..

12 Juni 2012

0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك