Seusai sholat subuh tinggal sejenak di masjid. Sembari menyimak kultum subuh
tema "Anjuran Memakan dari Makanan yang Lebih dekat", saya
berdzikir mengingat betapa banyak lumuran dosa hingga kini masih menempel di
tubuh. Yang sulit dideteksi dengan alat apapun itu. Hingga bertahan di tempat
"merefleksi" kembali apa yang terjadi di diri ini?
Ah, tak terkira rasanya ragam "pola hidup" yang keliru saya
lakukan. Terlalu banyak saya "menyisihkan" waktu bersama dunia. Tertawa
berbarengan dunia.
"Dan adakah sisa waktu untuk akhiratku?"
Astagfirulloh..
Malu diri ini jika ada cermin untuk "dosa".
**
Selang beberapa waktu.
Saya melihat sebuah tontonan yang berkesima,
"Kamu tahu mengapa Alloh memberi tangan? Agar kamu bekerjaaa!"
timpanya memberikan semangat mencari nafkah.
"Lebih baik tangan di atas ketimbang tangan di bawah!" lebih lanjut
ia katakan.
Maka teringatlah saya pada sebuah buku "Tercelangan
Meminta-Minta" karangan Syaikh Muqbil bin Hadi
al-Wadi'i, beliau mengutip sabda Rosululloh, artinya:
"Barangsiapa yang meminta bukan karena kemiskinan, maka seolah-olah
dia memakan bara api." [Hr. Ahmad 4/165]
Inilah hadits yang kerap menjadi tameng saya agar tidak "mencoreng muka".
Sejak di awal-awal bangku kuliah, mendengar hadits ini, maka ssat itu pula
"malu" diri ini meminta lagi kepada orang tua. Sudah baligh identik sudah bisa
mencari nafkah diri sendiri.
Kita memohon kepada Alloh agar menganugerahkan kepada kita sikap qanaah (rasa
cukup) dan mencukupkan kita dengan karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Dermawan
Lagi Maha Pemurah.
11 Februari 2012
Sunday, December 30, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك