Baru saja terpikir, mengitip beberapa
apresiasi tulisan kawan-kawan. Entah yang telah dilirik maupun masih disimpan
oleh mereka. Reaksi sebuah tulisan sangat beresiko! Bayangkan saja, komunitas
Yahudi di Israel disinyalir oleh provokasi tulisan pendek. Sehingga menggerakkan
massa untuk berupaya mendirikan Israel. Itulah efek sebuah tulisan. Gambaran
karya. Karena itulah, tak salah seorang kawan di rapat,
mengatakan
Jika menulis dengan senang, maka
pembaca akan senang.
Jika menulis dengan marah, maka
pembaca akan marah.
Jika menulis dengan air mata, maka
pembaca akan menangis.
Hingga saat ini, saya sangat deal
statement itu. Saya yang kini masih kerja di sebuah toko buku, mendapatkan
beragam jenis esensi tulisan, sekali lagi bukan kepandaian bersilat huruf.
Melainkan bagaimana sebuah tulisan bisa memberi pengaruh "positif" bagi para
konsumen. Memang dunia para pecinta dunia aksara, memiliki orientasi karya
majemuk, ada yang ingin mencari popularitas, menarget nafkah, etc. Pokoknya,
semua terniatkan. Dan ingat, selau ada resiko.
Sedihnya, jika salah seorang penulis,
sangat jarang mengeluarkan tulisan genre "air mata". Apa maksudnya? Yaitu
"tulisan yang membuat seseorang itu menangis di dalam hati, dan maksimal
terlihat tangisannya pembacanya." Ini bukan pemaksaan, tapi hal itu akan
terwujud jika Anda pun menangis dalam upaya menerbitkan karya
itu.
Dan point sensitf, karya sensitif yang
bisa meraih tangisan para pembaca adalah persoalan keislamannya. Yang kini
rata-rata orang sudah kehilangan cinta kepada Alloh dan
Rosul-Nya.
"Sesungguhnya orang-orang yang diberi
pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci
Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi." Dan mereka menyungkur
atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. " (Al-Isra:
107-109)
Imam Al-Qurthubi berkata tentang
firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala (yang artinya):
." Dan mereka menyungkur atas muka
mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. " Dalam hal ini Allah
berlebihan dalam mensifati mereka sekaligus pujian buat mereka dan merupakan hal
yang wajar bagi setiap muslim yang yang memiliki ilmu atau sedikit dari ilmu
untuk menggapai kedudukan semacam ini, merasa khusyuk, tunduk merendah diri
ketika mendengar bacaan Al¬ Qur'an. Lalu beliau berkata bahwa ayat ini sebagai
bolehnya menangis dalam shalat yang timbul dari perasaan takut kepada Allah atau
perbuatan maksiatnya dalam agama ini. Dan yang demikian itu tidaklah membatalkan
atau mengurangi kesempurnaan shalat."
Abdul-'Ala At-Taimi berkata: "Barang
siapa yang memiliki ilmu dan tidak bisa membuatnya menangis maka patut dikatakan
ia telah mendapat¬kan ilmu yang tidak bermanfaat baginya. " Karena Allah
Subhanahu Wa Ta'ala telah menyebutkan tentang sifat dari ahlul ilmu dalam
AI-Qur'an:
"Sesungguhnya orang-orang yang diberi
pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci
Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur
atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu." (Al-Isra:
107-109)
Sesungguhnya apa yang didapati oleh
seseorang dari perasaan gemetar pada hatinya, air menetes dan tubuh yang
merinding disaat mendengar ayat-ayat Allah atau dzikir yang masyru'
(disyariatkan) maka ini adalah seutama-utama keadaaan yang telah disebutkan
dalam Al-Kitab dan As Sunnah.
Oleh karena itu, mari kita terapkan
tetesan air mata itu. Dimulai dari tulisan apa? Bukan tulisan wahai saudaraku!
Tapi, bacaan kita, ya, kebutuhan kita, itulah Al-Qur'an, yang kini hanya
wejangan tahunan. Bacalah itu. Dan rasakan
keistimewaannya.
Barokallohu
fik.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك