Siang
mengejar sore kemarin, sempatkan diri ke toko buku yang ada di Makassar, namun
ada kekeliruan pada saya karena tidak menakar orientasi pembelian di sana nanti.
Perjalanan dengan menggunakan pete-pete (baca: transportasi Makassar) sekitar 30
menit. Tiba dengan seleksi ketat, bayangkan saja tas yang hanya taksiran 500 mg,
menuntut pemeriksaan ketat [baca: awas bom di Mall]. Inilah salah satu produk di
negara tercinta kita, dan hal ini tentunya harus mendapatkan apresiasi
masyarakat. Menimbang masih banyak oknum "samar" menrajalela di negeri tersayang
ini.
Toko buku
adalah hobi perjalanan saya, dan harapan kita semua, masyarakat di dunia ini
mencintai toko buku, dengan selektif menyeleksi buku bacaan. Karena dekade ini,
kian menjamur buku menyesatkan, meskipun itu konten islamiy, kasih-sayang, etc.
Tapi, tetap konsistenlah menakar bacaan, belajar mengambil sumber yang jernih,
bukan tercampur-baur khayalan penulis.
Rajin ke
toko buku, saya rasa kita sehobi. Kalau ke Mall atau lagi banyak uang di
kantong. Dan disiyalir "ke-rajin-an" ini memiliki dampak buruk, kotor. Apa
maksud saya mengatakan demikian? Perhatikanlah, siapa orang yang kerap masuk
menjamuri toko buku? Apakah hari ini mereka sudah memiliki karya sebagaimana
buku belian mereka? Karena itulah saya berpandangan "Rajin ke Toko Buku,
Menjadikan Diri Pasif Menulis".
Saya
tentunya berharap, penyakit ini jangan kita idap. Mendingan buku yang masih
duduk tenang di rak buku, harus kita resensikan dalam tulisan, ingat, sekali
lagi, buku "tidak menyesatkan". Jangan mengambil estafet dosa
jariyah.
Saya
yakin, bagi peminat profesi kepenulisan ini, sadarlah, penulis pun "jarang" ke
toko buku. Mereka hanya sibuk melototi buku lama mereka, dan layar komputer.
Karena itulah, kalau mau jadi penulis, ikuti pula jejak penulis.
Selamat
meninggalkan kebiasaan pasif, dan selamat datang di dunia aktif menulis. Inilah
kolom kita: kompasiana. Memuluskan perjalanan kepenulisan manusia. Anda yang
membaca tulisan ini, ketahuilah, saya menulis di tengah kesibukan menjadi kasir
sebuah toko buku. Namun, mempung "bos"-ku tidak lihat, maka On-Line jalan
terbaik, lagi pula tak ada pelanggan mau bayar. Kalau bukan sekarang, "when
else?"
26 Desember 2011
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك