Jelas sekali, penyakit merupakan sosok terhindar
dari setiap manusia. Apalagi sampai derat kronis. Tak ada yang mau mengidapnya.
Namun, tanpa kita sadari, perlu kita ingat, penyakit itu memiliki interpretasi
beragam. Maka teringatlah saya dengan perkataan Remy Sylado, yang menyimpulkan
bahwa kita di zaman sekarang, apakah yang menulis sekarang ini ataupun Anda yana
membaca tulisan saya, semua rata-rata mengidap penyakit kronis "Rabun Membaca
& Pincang Menulis". Menarik sebenarnya kita telusuri hal ini, statement ini,
apakah benar demikian adanya gambaran kita? Ataukah menyelisihi fakta yang ada.
Tapi, saya yakin 80%, tidak ada salahnya fenomena tergambar tadi.
Rabun Membaca
Sudah berapa kali kita melahap buku bacaan per
hari? 10 buku? Mustahil. 1 Buku? Masih misteri. Dan berapa akumulasi waktu
membaca kita per harinya? 1 jam? 1/2 jam. Masih terasa berat untuk itu. Buku di
mata masyarakat, ibarat kuman yang ditakuti. Sementara mereka tidak sadar,
sesungguhnya di sana sangat banyak mutiara tersimpan. Cobalah untuk sadar!
Ngapain mengahabiskan waktu dengan urusan lain: gosip, begadang, ngerumpi, etc.
Yang memberikan efek negatif pada pertumbahan akal kita? Sudah sangat lazim,
fungsi dari membaca, dampak posif dari bacaan, pengaruh sikap dari bacaan.
Seluruhnya memberikan penegasan kepada kita untuk bangkit dar rabun ini. Sudah
banyak perpustakaan kita, jika hanya mengeluh tak ada uang untuk membeli buku.
Sudah ada metode meminjam kepada rekan, jika malas ke menjadi anggota
perpustakaan. Sekarang saatnyalah, merubah paradigma kita menjadi lebih terdepan
dan tidak latah dengan sikap menjauhi ilmu.
Pincang Membaca
Bagaimana gambaran kita jika sudah tak bisa lagi
melangkahkan kaki yang sempurna ini? Sapa yang ingin mengidapnya? Jelas tak ada
mau. Namun, sadarkah kita, penyakin "pincang membaca" pun mengotori negeri
tercinta ini. Disinyalir semua memiliki biang dari malasnya kita mematenkan
hikmah dari apa yang kita indrai (tonton, baca, etc). Jangan ragu dan malu untuk
memulai kebangkitan minat. Beri penegasan pada diri ini bahwa kita bisa untuk
itu: Menulis. Menulislah, tak ada larangan dalam menulis. Yang ada bungkam dalam
penulisan.
16
Desember 2011
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك