Monday, December 31, 2012

Penyakit yang Sekarang, Rabun Membaca & Pincang Menulis

Jelas sekali, penyakit merupakan sosok terhindar dari setiap manusia. Apalagi sampai derat kronis. Tak ada yang mau mengidapnya. Namun, tanpa kita sadari, perlu kita ingat, penyakit itu memiliki interpretasi beragam. Maka teringatlah saya dengan perkataan Remy Sylado, yang menyimpulkan bahwa kita di zaman sekarang, apakah yang menulis sekarang ini ataupun Anda yana membaca tulisan saya, semua rata-rata mengidap penyakit kronis "Rabun Membaca & Pincang Menulis". Menarik sebenarnya kita telusuri hal ini, statement ini, apakah benar demikian adanya gambaran kita? Ataukah menyelisihi fakta yang ada. Tapi, saya yakin 80%, tidak ada salahnya fenomena tergambar tadi.

Rabun Membaca
Sudah berapa kali kita melahap buku bacaan per hari? 10 buku? Mustahil. 1 Buku? Masih misteri. Dan berapa akumulasi waktu membaca kita per harinya? 1 jam? 1/2 jam. Masih terasa berat untuk itu. Buku di mata masyarakat, ibarat kuman yang ditakuti. Sementara mereka tidak sadar, sesungguhnya di sana sangat banyak mutiara tersimpan. Cobalah untuk sadar! Ngapain mengahabiskan waktu dengan urusan lain: gosip, begadang, ngerumpi, etc. Yang memberikan efek negatif pada pertumbahan akal kita? Sudah sangat lazim, fungsi dari membaca, dampak posif dari bacaan, pengaruh sikap dari bacaan. Seluruhnya memberikan penegasan kepada kita untuk bangkit dar rabun ini. Sudah banyak perpustakaan kita, jika hanya mengeluh tak ada uang untuk membeli buku. Sudah ada metode meminjam kepada rekan, jika malas ke menjadi anggota perpustakaan. Sekarang saatnyalah, merubah paradigma kita menjadi lebih terdepan dan tidak latah dengan sikap menjauhi ilmu.

Pincang Membaca
Bagaimana gambaran kita jika sudah tak bisa lagi melangkahkan kaki yang sempurna ini? Sapa yang ingin mengidapnya? Jelas tak ada mau. Namun, sadarkah kita, penyakin "pincang membaca" pun mengotori negeri tercinta ini. Disinyalir semua memiliki biang dari malasnya kita mematenkan hikmah dari apa yang kita indrai (tonton, baca, etc). Jangan ragu dan malu untuk memulai kebangkitan minat. Beri penegasan pada diri ini bahwa kita bisa untuk itu: Menulis. Menulislah, tak ada larangan dalam menulis. Yang ada bungkam dalam penulisan.

16 Desember 2011

0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك