Saturday, December 29, 2012

1 Jam Bersama Imam [Dilema Bacaan Surah Pendek, Meresahkan Makmum]

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
". Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (al-Baqarah: 185)
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah." (an-Nisa': 28)
". Allah tidak hendak menyulitkan kamu." (al-Maidah: 6)

Rasulullah Shallallohu alayhi wasallam yang mulia bersabda, "Sebaik-baik agamamu ialah yang paling mudah darinya."
"Agama yang paling dicintai oleh Allah ialah yang benar dan toleran."

'Aisyah berkata,
"Rasulullah Shallallohu alayhi wasallam tidak diberi pilihan terkadap dua perkara kecuali dia mengambil yang paling mudah di antara keduanya selama hal itu tidak berdosa. Jika hal itu termasuk dosa maka ia adalah orang yang paling awal menjauhinya."


Nabi Shallallohu alayhi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah menyukai bila keringanan yang diberikan oleh-Nya dilaksanakan, sebagaimana Dia membenci kemaksiatan kepada-Nya."

Keringanan (rukhshah) itu mesti dilakukan, dan kemudahan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala harus dipilih, apabila ada kondisi yang memungkinkannya untuk melakukan itu; misalnya karena tubuh yang sangat lemah, sakit, tua, atau ketika menghadapi kesulitan, dan lain-lain alasan yang dapat diterima.

Zaman kita sekarang ini lebih banyak memerlukan kepada penyebaran hal yang lebih mudah daripada hal yang sukar, lebih senang menerima berita gembira daripada ditakut-takuti hingga lari. Apalagi bagi orang yang baru masuk Islam, atau untuk orang yang baru bertobat.

Persoalan ini sangat jelas dalam petunjuk yang diberikan oleh Nabi Shallallohu alayhi wasallam ketika mengajarkan Islam kepada orang-orang yang baru memasukinya. Beliau tidak memperbanyak kewajiban atas dirinya, dan tidak memberikan beban perintah dan larangan. Jika ada orang yang bertanya kepadanya mengenai Islam, maka dia merasa cukup untuk memberikan definisi yang berkaitan dengan fardhu-fardhu yang utama, dan tidak mengemukakan yang sunat-sunat. Dan apabila ada orang yang berkata kepadanya:
"Aku tidak menambah dan mengurangi kewajiban itu." Maka Nabi Shallallohu alayhi wasallam bersabda, "Dia akan mendapatkan keberuntungan kalau apa yang dia katakan itu benar." Atau, "Dia akan masuk surga bila apa yang dia katakan benar."

Bahkan kita melihat Rasulullah Shallallohu alayhi wasallam sangat mengecam orang yang memberatkan kepada manusia, tidak memperhatikan kondisi mereka yang berbeda-beda; sebagaimana dilakukan oleh sebagian sahabat yang menjadi imam shalat jamaah orang ramai. Mereka memanjangkan bacaan di dalam shalat, sehingga sebagian ma'mum mengadukan hal itu kepada Rasulullah Shallallohu alayhi wasallam .

Nabi Shallallohu alayhi wasallam berpesan kepada Mu'adz bahwa beliau sangat tidak suka bila Mu'adz memanjangkan bacaan itu sambil berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi tumpuan fitnah hai Mu'adz? Apakah engkau ingin menjadi tumpuan fitnah hai Mu'adz? Apakah engkau ingin menjadi tumpuan fitnah hai Mu'adz?"

Diriwayatkan dari Abu Mas'ud al-Anshari, ia berkata, "Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Shallallohu alayhi wasallam : 'Demi Allah wahai Rasulullah, sesungguhnya aku selalu memperlambat untuk melakukan shalat Subuh dengan berjamaah karena Fulan, yang selalu memanjangkan bacaannya untuk kami.' Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallohu alayhi wasallam memberikan nasihat dengan sangat marah kecuali pada hari itu. Kemudian Rasulullah Shallallohu alayhi wasallam bersabda, 'Sesungguhnya ada di antara kamu yang membuat orang-orang lain. Siapapun di antara kamu yang menjadi imam orang ramai, maka hendaklah dia meringankan bacaannya, karena di antara mereka ada orang yang lemah, tua, dan mempunyai kepentingan yang hendak dikerjakan."

Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shallallohu alayhi wasallam bersabda, "Sesungguhnya ketika aku sudah memulai shalat, aku ingin memanjangkan bacannnya, kemudian aku mendengarkan suara tangisan anak kecil, maka aku percepat shalatku, karena aku mengetahui susahnya sang ibu bila anaknya menangis."

Nabi Shallallohu alayhi wasallam sangat mengecam terhadap hal-hal yang memberatkan apabila hal itu dianggap mengganggu kepentingan orang banyak, dan bukan sekadar untuk kepentingan pribadi satu orang saja. Begitulah yang kita perhatikan dalam tindakan beliau ketika ia mengetahui tiga orang sahabatnya yang mengambil langkah beribadah yang tidak selayaknya dilakukan, walaupun sebenarnya mereka tidak menginginkan kecuali kebaikan dan pendekatan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala .

Semoga para imam yang kerap memanjangkan bacaan shalatnya agar bisa memahami karakter jamaah. Lebih -lebih dalam durasi 1 jam shalat.

Makassasar, 7 Desember 2011

0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك