بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Ada saatnya melihat usaha seseorang.
Kinerja pribadi yang menjadikan diri ini "malu" melihat orang itu. Meskipun
orang itu tidak cacat, namun kadang-kadang ada usaha mereka yang patut kita
jadikan teladan.
Sedikit lagi toko akan ditutup. Ada
pelanggan naik ke lantai 2, berbelajanja. Sementara tingkat 2 hanya peruntukan
wanita. Meliputi kaos kaki, jilbab, mukena, dan sandal wanita. Maka dia
menimpali,
"Saya mau carikan jilbab untuk
istri," pinta
remaja ini.
Untuk apa sih pemuda ini repot-repot?
Bukankah istri punya kaki sendiri untuk berbelanja?
Bisa saja, pemuda ini sudah mendengar
firman Alloh subhanahu wa ta'ala, yang artinya:
"Wahai Nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanita kaum mukminin, hendaklah
mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu
lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita
baik-baik) hingga mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Penyayang." (Al-Ahzab: 59)
Sehigga atas dasar itu timbul
"kewajiban" bagi sang suami, menjadikan istri lebih
istimewa.
Masih muda sudah memiliki semangat
memberi "hadiah". Inilah yang harus dimiliki setiap insan. Bagaimana cara
menyajikan cinta versi "hadiah". Apalagi reward berupa busana penutup aurat.
Yang dalam konteks kekinian orang malah lari dari "kewajibannya" menutup aurat.
Saya salut kepada orang ini.
Dalam dialog itu, ia meminta tawaran
lebih murah lagi. Namun sayang, di toko kami adalah harga pas. Kecuali, niatnya
ingin menjual kembali. Sebenarnya bisa menurunkan harga itu. Memberikan diskon.
Tapi, ada "atasan" yang sudah memberi mandat. Peruntukan potongan harga,
hanyalah bagi penjual juga.
Ah, saya tidak usah memperlebar kasus
"diskon" ini. Saya hanyalah karyawan, berusaha memaksimalkan diri melaksanakan
tipoksi (Tugas Pokok dan Fungsi).
Kembali ke awal, lelaki itu merupakan
contoh bagi kita, teladan bagi kita. Bahwa ada pokok interaksi bersama istri
yang kita lupakan. Sadarkah kita cinta itu mudah didapatkan? Dan cinta itu mudah
pula menghilang? Lantas, usaha apa "mengawetkan" rasa cinta itu agar bertahan
lama?
Inilah jawabannya: HADIAH. Saya tahu,
masih jamak metode lain dalam rangka melanggengkan hubungan suami istri. Namun,
kali ini fokus kita kepada hadiah. Berupa jilbab.
Jujur, mengangkat tema keluarga adalah
berat bagi saya. Bukan berarti ada bebang saya pikul. Sebab saya dalam posisi
santai sekarang. Saking santainya, penulis artikel ini masih "bujang", alias
belum menikah.
Dan rasanya tidak ada salah
"menyarankan" pola interaksi suami-istri itu. Kita hanyalah insan yang dhoif (lemah), karena
itulah mari kita isi dengan ragam "inbox" nasihat. Alhamdulillah, sudah puluhan
pula buku tematik kekeluargaan saya baca.
Hmm...
Keluarga adalah perihal urgen. Tidak
ada karir tertinggi selain di tempat ini. Di sinilah Alloh akan memintai kita
selaku "pemimpin" dalam keluarga. Selaku istri yang taat. Selaku anak yang
berbakti.
Inilah jembatan hati kita. Bagaimana
suami menjembatani istri dalam menghadapi badai kehidupan. Menggalang kekuatan
bersama, meskipun dimulai dari hadiah kecil: jilbab. Berdaulat
dalam dakwah.
11 Februari 2012
بارك الله فيك
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك