بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Saya sebenarnya pusing, entah apa yang mau diposting malam ini.
Mempertimbangkan hari ini online di tempat kerja. Ketimbang berpikir keras,
mendingan saya membagi perihal aktivitas saat memeriksa buku tugas siswa. Tentu
diri ini sadar, bukan perkara "urgen" membagi napak tilas keguruan saya.
Setidaknya bisa melakukan aktivitas sharing bersama rekan-rekan
pembaca.
Nah, saat itu, siswa diberi mandat sepekan untuk menyelesaikan soal
latihan di buku cetak. Ini semacam bentuk refleksi bagi mereka, semacam kinerja
pengajaran saya, apakah sudah paham yang berujung pada penyelesaian aneka soal
Fisika.
Saat memeriksa buku tugas anak-anak itu. Tentu ada baiknya "melirik"
halaman belakang buku mereka. Apa pasal? Soalnya terkadang ada persoalan rumit
yang mereka simpan di balik buku mereka. Ada kata-kata, ringkihan, seruan hati
mereka disisipkan bagian akhir buku, dan semuanya mengingatkan saya pada masa
SMA. Bagaimana saya mencoret-coret bagian itu. Bukannya saya kekanak-kanankan.
Yang kerjanya, profesinya "menghabiskan tinta " saja. Bukan! Itu adalah momen
saat ada persoalan kehidupan, dan salah satu ruang aplikatifnya bagian akhir
buku. Masih kosong! Artinya sempatkan saja menuliskannya. Di saat masih semester
V, saat sang dosen mengajar, bukan materi pelajaran tercurah di buku saya.
Malahan, tatkala dosesn menceritakan kehidupannya, itulah lebih saya dengar dan
kemudian saya tulisakan.
"Jangan ada waktu dimana tidak ada hikmah yang kita petik dari segi
kehidupan seseorang."
Sehingga, banyak dari buku dan catatan saya, mayoritas membahas persoalan
kehidupan. Silahkan baca kumpulan tulisan saya di
www.kompasiana.com/kusnandar
Nah, kembali ke awal. Saat memeriksa bagian akhir dari buku
mereka,
Wow,
ternyata yang dikeluhkan adalah persoalan "cinta" mereka,
Ada yang
berpuisi cinta, menyatakan kesal akibat diputuskan pacarnya, menggambar simbol
love saling memasangkan.
Dan aneka ragam turtuang di bagian akhir itu.
Persoalannya adalah, ada sebenarnya yang terjadi di belakang mereka?
Mengapa bukan perkara materi pelajaran yang dikeluhkan? Bukan keceriaan dalam
bersekolah? Mengapa anak-anak kita dipenjara dengan cinta yang fana
ini?
Mengapa ini terjadi, siswaku?
Bukalah mata, bukalah hati: siswaku, hidupmu adalah pilihan. Jangan
mengeluh! Kita adalah pemenang. Dengarkan ini, mengapa saya katakan
itu.
1. Anda adalah
pemenang sebelum lahir, dengan mengalahkan jutaan sperma, namun hanya Anda yang
satu-satunya menembus ovum.
2. Anda adalah
pemenang menanti kelahiran. Mengapa? Saat 9 bulan, Andalah berhasil selamat
dikeluarkan. Ingat, berapa banyak janin yang gugur sementara belum ditiupkan ruh
kepadanya. Banyak anak yang digugurkan, karena malu melihat anaknya. Namun, kamu
semua juara. Bisa keluar dari rahim dengan selamat.
3. Anda adalah
pemenang setelah lahir. Mengapa? Karena dari beragam ujian dan cobaan, kamu bisa
bersabar hingga masih hidup hingga saat ini.
Hmm..
Siswaku, robeklah keluhanmu, tatap masa depanmu dengan semangat dan
jangan berkeluh kesah.
Jangan katakan,
"Ya Alloh, masalahku
sangat besar.
Katakanlah,
Wahai masalah, Alloh
Maha Besar."
9 Februari
2012
بارك الله فيك
Assalamu'alaikum
ReplyDelete"Persoalannya adalah, apa sebenarnya yang terjadi di belakang mereka? Mengapa bukan perkara materi pelajaran yang dikeluhkan? Bukan keceriaan dalam bersekolah? Mengapa anak-anak kita dipenjara dengan cinta yang fana ini?"
Bisa dijelaskan pak, penyebab anak2 terpenjara dengan cinta?