بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Percayakah kita, di jalan pun masih berpotensi melakukan dosa?
Sebenarnya tanpa menjawab, sudah dapat diprediksi dengan jawaban "ya".
Namun, kesalahan apa yang terjadi saat berada di jalan?
Mari kita mengingat saat berkendara tepat di belakang truk-truk besar pengangkut barang. Di sinilah banyak sarana dosa bisa terjadi. Bukan karena asapnya yang mengepul menumbuk mata kita. Bukan pula gerakan truk yang kian melambat, sehingga berimbas kemacetan di jalan. Bukan ini saya maksud!
Tetapi, bagian bawah truk itulah menjadi persolan. Membuat para pengendara tidak konsentrasi membawa mobil/motor.
Itulah lukisan "spakbor" ban mobil truk bagian belakang. Terpajang lukisan wanita penuh gairah: wajahnya, hidung, tubuh wanita menjadi tombak lukisan. Yang kemudian 'menginspirasi' banyak orang menatap penuh nafsu. Ditopang lagi dengan kata-kata seksi: 'kutunggu kedatanganmu', 'basa mami,' dll.
Sementara, kita, pengendara sudah beberapa kali melakukan instrospeksi dosa masa lalu, kini kembali menyicipi dosa, akibat truk. Bukan truknya, maksud saya pelukis-pelukis tanpa pemahaman dewasa itu. Mengapa harus menjadi mediator dosa? Kalau 2 orang pengendara di belakang truk, artinya, pelukis itu sudah memiliki 2 kader pendosa. Bayangkan saja, truk ini tentu saja membelakangi puluhan bahkan ratusan manusia jika dihitung bulanan. Sehingga, berapa akumulasi mediasi 'dosa' nantinya?
Apakah para pelukis itu tidak mendengar perkataan ini:
Alloh berfirman, artinya:
Katakanlah (wahai Nabi) kepada laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat." Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka.." (An-Nur: 30-31)
Dan tentunya saat-saat di jalan, euforia truk sudah menjamur, bersamaan dengan itu kita harus menundukkan pandangan. Betapa rumitnya, jika masih ada truk memajang lukisan seksi ini.
Alloh telah memerintahkan menundukkan pandangan, sementara truk itu, memandatkan kita secara tidak langsung, untuk menegakkan pandangan. Mana harus ditaati?
Maka ALloh menjawaba,
"Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Ra'd: 28)
Tidak mungkin ketenangan lahir dari tatapan nafsu itu.
Ada pula keterangan hadits, yang seharusnya menjadi teguran bagi pelukis itu. Ingat, Rosululloh bersabda,
artinya:
"Semua tukang gambar itu di neraka. Allah memberi jiwa/ruh kepada setiap gambar (makhluk hidup) yang pernah ia gambar (ketika di dunia). Maka gambar-gambar tersebut akan menyiksanya di neraka Jahannam."
Dan
"Siapa yang membuat sebuah gambar (makhluk hidup) di dunia, ia akan dibebani untuk meniupkan ruh kepada gambar tersebut pada hari kiamat, padahal ia tidak bisa meniupkannya."
Naudzubillah min dzalik.
Semoga para pelukis truk bisa mengambil ibroh dari pelajaran ini. Kecelakan amalan yang berujung pada dosa harus ditepis. Karena sangat berbeda antara seseorang yang mengetahui dan tidak mengetahui.
Barokallohu fik.
14 Maret 2012
بارك الله فيك
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك