Alhamdulillah, Web Kusnandar Putra Launching

Alhamudlillah, web terbaru Kusnandar Putra sudah diterbitkan. Semoga bisa memberikan kebaikan.

Makassar Sambut 2013 dengan Ketupat

Pasar Pa'baeng-Baeng yang terletak di Jalan Sultan Alauddin, Kota Makassar, kini dibanjiri pengunjung. Layaknya berlebaran, H-1 di pasar ini membuat jalan macet. Bentor, motor, mobil, termasuk dalam kategori terjebak dalam arus kemacetan. Para pejalan kakipun antri untuk berjalan.

Agar Engkau Bahagia

Semoga Alloh menjadikanmu termasuk orang-orang yang apabila diberi kenikmatan, maka bersyukur. Apabila ditimpa musibah, maka bersabar, dan apabila terjatuh dalam perbuatan dosa, maka beristigfar.

Arena Maaf

Aktor-aktor seperti ini yang sukar mengubar maaf, tentunya mencari iklim tertentu dalam pelontaran kata maaf. Sehingga 2 titik kuasa di antar bulan romadhon sebagai ajang pemanfaatan: Pra Romadhon dan Pasca Romadhon.

Terharu: Anak yang Buta Melantunkan Adzan

Tahukah Anda siapa yang adzan di masjd dekat rumah sy tadi? Ya, ia adalah seorang anak kecil. Ukuran 4 SD lah. Sungguh, suaranya melengking, begitu menyentuh,

Monday, June 3, 2013

"Mosque Schooling": Kiblat Pendidikan yang Selama Ini Terpinggirkan

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Sudah bercampur-aduk dalam sturktur pemikiran saya menenai ilmu pendidikan. Mulai dari buku-buku motivasi pengajaran, metode pengajaran, pendekatan, media, etc. Semuanya mengarah pada tujuan "duniawiyah".
Sempat terbetik dalam pemikiran saya, bahwa ada sebuah pendidikan yang akan meretas semua kasus, konflik dalam dunia pendidikan ini. Inilah "Mosque Schooling". Sudah lumrah jika saya mengatakan "Home Schooling", yang berdefenisi semua kurikulum pendidikan berbasis pada orang-orang rumah. Namun, kini saya menwarkan hal yang selama ini tertidur. Inilah yang saya sebut "pendikakan berbasis di masjid".
Mengapa saya mengambil basis pengajaran di masjid? Bukankah secara umum pendidikan di kelas? Saya menilai selama ini kita terlalu mengedepankan "pembangunan baru", mengupdate perkembangan, maka terdesainlah kelas, hingga menjadi sekolah. Itupun bertingkat-tingkat. Tragisnya kita berlomba untuk itu.
Apalagi pada masa Nabi dan khulafa ar Rasyidin, masjid berfungsi sebagai tempat beribadah, menuntut ilmu, dan merencanakan kegiatan kemasyarakatan. Dan sekarang ini semua kabur. Kemanakah semua ini? Terfokus pada menuntut ilmu?
Perhatikanlah, saya menilai itu semua terlalu ceroboh, bukankah ada sebuah lokasi "aman" di sana? Itulah masjid.

Definisi "Masjid"
Menurut istilah yang dimaksud masjid adalah suatu bangunan yang memiliki batas-batas tertentu yang didirikan untuk tujuan beribadah kepada Alloh seperti shalat, dzikir, membaca al-Qur'an dan ibadah lainnya. Dan lebih spesifik lagi yang dimaksud masjid di sini adalah tempat didirikannya shalat berjama'ah, baik ditegakkan di dalamnya shalat jum'at maupun tidak. Alloh berfirman,
" . , (tetapi) janganlah kamu campuri mereka (istri-istri kamu) itu sedang kamu ber-i'tikaf dalam mesjid ." (QS. al-Baqarah: 187)

Keutamaan Mendatangi Masjid untuk Belajar
Banyak keutamaan yang disebutkan oleh hadits-hadits nabawiah. Kami mencukupkan dengan hanya menyebutkan sebagian di antaranya:
A. "Barangsiapa yang berwudhu di rumahnya dan memperbaiki wudhunya kemudian dia mendatangi masjid, maka dia adalah orang yang berziarah kepada Alloh, dan sudah kewajiban bagi yang diziarahi untuk memuliakan orang yang berziarah."
(Ath-Thabarani dalam Al-Kabir)
B. "Barangsiapa yang pergi atau berangkat ke masjid maka Alloh akan mempersiapkan untuknya hidangan di dalam surga setiap kali dia pergi atau berangkat."
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2/117), Muslim (2/132)

C. "Barangsiapa yang berangkat ke masjid jamaah, maka setiap langkahnya akan menghapuskan kejelekan dan setiap langkahnya akan dituliskan pahala, pergi dan pulangnya."
Ini berasal dari hadits Abdullah bin Amr bin Al-Ash.
D. "Barangsiapa yang berjalan di kegelapan malam menuju ke masjid maka dia akan berjumpa dengan Alloh -Azza wa Jalla- dengan cahaya pada hari kiamat."
Ini dibawakan oleh Al-Mundziri (1/129) dari hadits Abu Ad-Darda` secara marfu'.
Subhanalloh, ini baru mendatangi masjid untuk mendirikan konteks pelajaran di sini. Bagaimana lagi jika diakumulasi dengan nilai pahala bagi pelajar yang menuntut ilmu? Saya yakin akan menggunung kebaikan di sana. Sekarang kita timbulkan pertanyaan, apakah ada pahala mendatangi sekolah? Apakah negeri atau swasta? Yang saya maksudkan mendatangi bentuk fisiknya! Apakah ada redaksi hadits bahwa Rosululloh merekomendasikan untuk mendatangi sekolah? Saya yakin pendapat kita sama.
Sekarang kita bisa membahas mengenai tujuan anak-anak ke sekolah. Survei pasti menyebut bahwa rata-ratas siswa mendatangi sekolah hanyalah sebatas mencari teman, mencari pacar, hiburan, kewajiban paksaan orang tua! Tidak ada niat ke arah mendapatkan pahala ilmu. Sangat sedikit yang demikian.



Pengakuan Ilmuan tentang "Mosque Schooling"
Sejarawan asal Palestina, AL Tibawi, menyatakan bahwa sepanjang sejarahnya, masjid dan pendidikan Islam adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Di dunia Islam, sekolah dan masjid menjadi satu kesatuan. "Sejak pertama kali berdiri, masjid telah menjadi pusat kegiatan keislaman, tempat menunaikan shalat, berdakwah, mendiskusikan politik, dan sekolah."

Sejarah peradaban Islam mencatat, aktivitas pendidikan berupa sekolah pertama kali hadir di masjid pada tahun 653 M di kota Madinah. Pada era kekuasaan Dinasti Umayyah, sekolah di Masjid pun mulai muncul di Damaskus pada tahun 744 M.

Di wilayah Spanyol Muslim, aktivitas pendidikan pada umumnya bertempat di masjid. Masjid menjadi pusat aktivitas belajar-mengajar di mulai di daerah kekuasaan Dinasti Umayyah itu sejak berdirnya Masjid Cordoba pada abad ke-8 M. Kegiatan belajar-mengajar di masjid memang terbilang unik dan sangat khas. Format dasar pendidikan di masjid adalah belajar dengan melingkar.

Masjid-masjid besar yang menyelenggarakan aktivitas pendidikan mampu menarik perhatian para ilmuwan dan pelajar dari berbagai belahan di dunia Islam. Pada abad ke-12 M, misalnya, aktivitas keilmuwan yang digelar di Masjid Sankore Timbuktu, Mali Afrika Barat mampu mendatangkan 25 ribu siswa dari berbagai negara. Pendidikan yang diselenggarakan di masjid pada masa kejayaan Islam mampu melahirkan sederet tokoh Muslim terkemuka.

Pendidikan yang digelar di masjid pada zaman kejayaan Islam ternyata mampu memberi pengaruh terhadap pendidikan di Eropa. Menurut George Makdisi, guru besar Studi Islam di Universitas Pennsylvania, pendidikan masjid yang diselenggarakan di era kekhalifahan telah memberi pengaruh kepada peradaban Eropa melalui sistem pendidikan, universalitas, metode pengajaran, dan gelar kesarjanaan yang diberikan.
Pentolan Siswa "Mosque Schooling"
Inilah beberapa manusia teragung keluaran "Mosque Schooling", meraka menghabiskan banyak waktunya di sana, diantaranya:
1. Generasi shahabat yang langsung dipimpin oleh empat khalifah Ar-Rasyidin: Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman, dan 'Ali.
2. Generasi tabiin dan diantara tokoh mereka adalah Sa'id bin Al-Musayyib (meninggal setelah tahun 90 H), 'Urwah bin Az-Zubair (meninggal tahun 93 H), 'Ali bin Husain Zainal Abidin (meninggal tahun 93 H), Muhammad bin Al-Hanafiyyah (meninggal tahun 80 H), 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud (meninggal tahun 94 H atau setelahnya), Salim bin Abdullah bin 'Umar (meninggal tahun 106 H), Al-Hasan Al-Basri (meninggal tahun 110 H), Muhammad bin Sirin (meninggal tahun 110 H), 'Umar bin Abdul 'Aziz (meninggal tahun 101 H), dan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (meninggal tahun 125 H).
3. Generasi atba' at-tabi'in dan diantara tokoh-tokohnya adalah Al-Imam Malik (179 H), Al-Auza'i (107 H), Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri (161 H), Sufyan bin 'Uyainah (198 H), Ismail bin 'Ulayyah (193 H), Al-Laits bin Sa'd (175 H), dan Abu Hanifah An-Nu'man (150 H).
4. Generasi setelah mereka, diantara tokohnya adalah Abdullah bin Al-Mubarak (181 H), Waki' bin Jarrah (197 H), Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i (203 H), Abdurrahman bin Mahdi (198 H), Yahya bin Sa'id Al-Qaththan (198 H), 'Affan bin Muslim (219 H).
5. Murid-murid mereka, diantara tokohnya adalah Al-Imam Ahmad bin Hanbal (241 H), Yahya bin Ma'in (233 H), 'Ali bin Al-Madini (234 H).
6. Murid-murid mereka seperti Al-Imam Bukhari (256 H), Al-Imam Muslim (261 H), Abu Hatim (277 H), Abu Zur'ah (264 H), Abu Dawud (275 H), At-Tirmidzi (279 H), dan An-Nasai (303 H).
7. Generasi setelah mereka, diantaranya Ibnu Jarir (310 H), Ibnu Khuzaimah (311 H), Ad- Daruquthni (385 H), Al-Khathib Al-Baghdadi (463 H), Ibnu Abdil Bar An-Numairi (463 H).
8. Generasi setelah mereka, diantaranya adalah Abdul Ghani Al-Maqdisi, Ibnu Qudamah (620 H), Ibnu Shalah (643 H), Ibnu Taimiyah (728 H), Al-Mizzi (743 H), Adz-Dzahabi (748 H), Ibnu Katsir (774 H) berikut para ulama yang semasa mereka atau murid-murid mereka yang mengikuti manhaj mereka dalam berpegang dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah sampai pada hari ini.
9. Contoh ulama di masa ini adalah Asy-Syaikh Abdul 'Aziz bin Baz, Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin, Asy-Syaikh Muhammad Aman Al-Jami, Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i, dan selain mereka dari ulama yang telah meninggal di masa kita. Berikutnya Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Asy-Syaikh Zaid Al-Madkhali, Asy-Syaikh Abdul 'Aziz Alu Syaikh, Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-'Abbad, Asy-Syaikh Al-Ghudayyan, Asy-Syaikh Shalih Al- Luhaidan, Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali, Asy-Syaikh Shalih As-Suhaimi, Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jabiri dan selain mereka yang mengikuti langkah-langkah mereka di atas manhaj Salaf. (Makanatu Ahli Hadits karya Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali dan Wujub Irtibath bi Ulama)

Gudang Ilmu itu Bernama Masjid
Oleh karena itu, mari menanam ilmu itu dengan kembali ke kiblat pendidikan: MASJID. Jangan terlalu terkecoh dengan pendidikan selain ini. Saya yakin, suatu saat pendidikan semua kembali ke rumah Alloh. Sudah saatnya, kita "menggeser" sekolah ke kiblat "Mosque Schooling".
Barokallohu fikum.

12 September 2011

بارك الله فيك

Aneka Modus Berpacaran

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Fenomena menyedihkan, katakan saja ada seorang wanita yang dahulunya "lahan" dakwah seorang ikhwan. Semenjak tahun kemarin, mereka menjalin hubungan "romantis" versi 2 anak anak itu. Begitu gesit ikhwan ini berdakwah, mulai dari memberi dakwah melalui media buku, nasihat SMS, nasihat langsung. Kritik pun sangat tajam, bak pisau menikam seseorang, "jangan dengar musik, jangan membuka aurat". Akan tetapi, setelah mereka meredam hubungan, dalam arti "putus", 2 insan itu berpisah.
Setahun kemudian, tak disangka, ikhwan itu hanya bisa mengurut dada. Sebab semua dakwah yang pernah ia jalankan, harus di kali nol: Sia-sia! Kembali futur wanita itu.
Kini ikhwa itu sadar, tidak ada gunanya menjalin hubungan "harom" (baca: pacaran). Tidak ada manfaat dalam situasional seperti itu. Semua hanya berlimit sebentar. Setelah itu, sang wanita kembali ke arah salah. Pacaran itu hanya menutup hati, sebagaimana firman Alloh, artinya: "Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka". (QS. Al-Muthoffifin:14 ).
Sampai saat ini, ikwan itu begitu menyesal. Bukan karena tidak jadi menikah dengan wanita itu, akan tetapi menyesal karena menuai sejarah hitam yang sangat merugikan: Dakwah Kosong.
Bukankah dakwah itu memberi pengaruh? Mengapa justru hanya kamoflase di pihak sasaran? Itu semua berakar dari dosa. Sekali lagi dosa!
Ingatlah sabda Rosululloh, artinya: "Sesungguhnya orang yang beriman jika melakukan suatu dosa, maka dosa itu menjadi titik hitam di dalam hatinya. Jika dia bertaubat dan mencabut serta berpaling (dari perbuatannya) maka mengkilaplah hatinya. Jika dosa itu bertambah, maka titik hitam itupun bertambah hingga memenuhi hatinya." [HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (3334), dan Ibnu Majah Sunan-nya (4244). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (1620)]
Ikwan itu berusaha merefleksi dirinya agar tidak lagi melakukan agenda seperti ini!
"Hati-hatilah bermain ombak, karena ia akan menenggelamkanmu."
Pacaran berarti menjerumuskan diri dalam fitnah yang menghancurkan dan menghinakan, padahal semestinya setiap orang memelihara dan menjauhkan diri darinya. Hal itu karena dalam  pacaran terdapat berbagai kemungkaran dan pelanggaran syariat sebagai berikut:1. Ikhtilath, yaitu bercampur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram. Padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjauhkan umatnya dari ikhtilath, sekalipun dalam pelaksanaan shalat. Kaum wanita yang hadir pada shalat berjamaah di Masjid Nabawi ditempatkan di bagian belakang masjid. Dan seusai shalat, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdiam sejenak, tidak bergeser dari tempatnya agar kaum lelaki tetap di tempat dan tidak beranjak meninggalkan masjid, untuk memberi kesempatan jamaah wanita meninggalkan masjid terlebih dahulu sehingga tidak berpapasan dengan jamaah lelaki. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Ummu Salamah radhiyallahu 'anha dalam Shahih Al-Bukhari.
2. Khalwat, yaitu berduaannya lelaki dan wanita tanpa mahram. Padahal Rasululllah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita." Seorang lelaki dari kalangan Anshar berkata: "Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami? " Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Mereka adalah kebinasaan." (Muttafaq 'alaih, dari 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu) 
 3. Berbagai bentuk perzinaan anggota tubuh yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:"Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan."Hadits ini menunjukkan bahwa memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata . Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istrinya) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya, maka itulah zina kalbu. Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang berarti kemaluannya telah membenarkan; atau dia selamat dari zina kemaluan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Lihat Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin, pada syarah hadits no. 16 22)
Ikhwan itu berusaha dengan maksimal agar menempuh kembali "jalan yang telah hilang".
28 Agustus 2011 بارك الله فيك

Kenali Cinta Versi "Anak Muda" yang Baru Menikah

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Ada saatnya melihat usaha seseorang. Kinerja pribadi yang menjadikan diri ini "malu" melihat orang itu. Meskipun orang itu tidak cacat, namun kadang-kadang ada usaha mereka yang patut kita jadikan teladan.

Sedikit lagi toko akan ditutup. Ada pelanggan naik ke lantai 2, berbelajanja. Sementara tingkat 2 hanya peruntukan wanita. Meliputi kaos kaki, jilbab, mukena, dan sandal wanita. Maka dia menimpali,
"Saya mau carikan jilbab untuk istri," pinta remaja ini.

Untuk apa sih pemuda ini repot-repot? Bukankah istri punya kaki sendiri untuk berbelanja?
Bisa saja, pemuda ini sudah mendengar firman Alloh subhanahu wa ta'ala, yang artinya:

"Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanita kaum mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) hingga mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Penyayang." (Al-Ahzab: 59)
Sehigga atas dasar itu timbul "kewajiban" bagi sang suami, menjadikan istri lebih istimewa.

Masih muda sudah memiliki semangat memberi "hadiah". Inilah yang harus dimiliki setiap insan. Bagaimana cara menyajikan cinta versi "hadiah". Apalagi reward berupa busana penutup aurat. Yang dalam konteks kekinian orang malah lari dari "kewajibannya" menutup aurat. Saya salut kepada orang ini.

Dalam dialog itu, ia meminta tawaran lebih murah lagi. Namun sayang, di toko kami adalah harga pas. Kecuali, niatnya ingin menjual kembali. Sebenarnya bisa menurunkan harga itu. Memberikan diskon. Tapi, ada "atasan" yang sudah memberi mandat. Peruntukan potongan harga, hanyalah bagi penjual juga.

Ah, saya tidak usah memperlebar kasus "diskon" ini. Saya hanyalah karyawan, berusaha memaksimalkan diri melaksanakan tipoksi (Tugas Pokok dan Fungsi).
Kembali ke awal, lelaki itu merupakan contoh bagi kita, teladan bagi kita. Bahwa ada pokok interaksi bersama istri yang kita lupakan. Sadarkah kita cinta itu mudah didapatkan? Dan cinta itu mudah pula menghilang? Lantas, usaha apa "mengawetkan" rasa cinta itu agar bertahan lama?
Inilah jawabannya: HADIAH. Saya tahu, masih jamak metode lain dalam rangka melanggengkan hubungan suami istri. Namun, kali ini fokus kita kepada hadiah. Berupa jilbab.
Jujur, mengangkat tema keluarga adalah berat bagi saya. Bukan berarti ada bebang saya pikul. Sebab saya dalam posisi santai sekarang. Saking santainya, penulis artikel ini masih "bujang", alias belum menikah.
Dan rasanya tidak ada salah "menyarankan" pola interaksi suami-istri itu. Kita hanyalah insan yang dhoif (lemah), karena itulah mari kita isi dengan ragam "inbox" nasihat. Alhamdulillah, sudah puluhan pula buku tematik kekeluargaan saya baca.
Hmm...
Keluarga adalah perihal urgen. Tidak ada karir tertinggi selain di tempat ini. Di sinilah Alloh akan memintai kita selaku "pemimpin" dalam keluarga. Selaku istri yang taat. Selaku anak yang berbakti.

Inilah jembatan hati kita. Bagaimana suami menjembatani istri dalam menghadapi badai kehidupan. Menggalang kekuatan bersama, meskipun dimulai dari hadiah kecil: jilbab. Berdaulat dalam dakwah.
 11 Februari 2012
بارك الله فيك

Buanglah Pacar Anda pada Tempatnya

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Membuka Wall FB, tiba-tiba saja ada gambar menarik, "Buanglah Pacar Anda pada Tempatnya". Itu membuat saya tersenyum sedikit. Saya berpikir apakah pacar di sini berkonotasi "sampah" atau manusia. Sebab selogan "Buanglah..." setidaknya memberikan persepsi bahwa kata selanjutnya adalah "sampah". Hmm. Perlu tinjauan ulang.

Entah alasan apa si pembuat gambar di atas mendesain seperti itu. Seolah-olah manusia itu bahan rongsukan, busuk, etc. Apalagi di zaman ini, rasanya pemuda bahkan yang tua-tua malu jika tanpa pacar. Kata mereka, "Nikmati masa muda." Ah, ini akal-akalan mereka. Sengaja menabur asumsi demi tabiat "miring".

"Buanglah Pacarmu pada Tempatnya", apa sebenarnya defenisi pacar itu? Apakah sejenis daun yang dipakai menghiasi tangan? Atau pacar bersinonim dengan buah "acar"? Rasanya pelik menginterpretasikan makna pacar. Semua orang memiliki defenisi majemuk. Namun, kini coba kita lihat, kayaknya ada kesamaan jika ditinjau dari visi dan misi pacaran.

Satu kata saja : MEMILIKI.

Sehingga menimbulkan pertanyaan bagi aktor pacaran, "Apa yang mau DIMILIKI?" Fisik? Harta? Cantik? Bahkan 'Kegadisan'? Nauzdubillah.

Sudahlah. Sedikit malu menjawabnya. Toh, setiap hari tontonah di TV yang memberikan pemulus untuk berpacaran. Jamak hari ini, tontonan TV tidak lagi mendidik, kecuali mayoritas merusak dengan halus. Orang tuapun sudah lepas tangan. Dan sang anak gamang akan karakter dan nilai-nilai akhlak islam.

Pacaran, sudah menjadi topik persekolahan anak-anak. Saya mengajar di sekolah, rasanya semua sekelas 85% telah berpacaran. Dan konflik hati mereka sering diterpa oleh pacarnya. Kita hanya memberikan advice, "Buanglah Pacarmu pada Tempatnya, nak! Kamu lebih kuat tanpa pacar, lebih giat belajar tanpanya!" Tinggal pertanyaannya, "Dimana kita mau membuang pacar?"

Teringat saya dengan pengantar sebuah buku yang nyaris menyadarkan diri, kira-kira seperti ini, ". hidup bukan untuk main-main. Semua mengandung resiko. Maka, pilihlah jalan yang terbaik."
21 Januari 2012
بارك الله فيك

Monday, May 13, 2013

JALAN PINTAS MENUJU SURGA

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم


919795_309277329203015_467582803_o
Bismillahirrahmanirrahim.

Hadirilah, InsyaAllahu, Tabligh Akbar di Makassar bersama Ulama Timur Tengah.
- Asy Syaikh ‘Utsman bin ‘Abdillah As-Salimi Al-’Utmi (Dzamar, Yaman)
- Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Umar Al-Mar’i Al-Adeni (Syihr, Hadhramaut, Yaman)

Tema:
JALAN PINTAS MENUJU SURGA

Hari:
Rabu, 19 Rajab 1434 / 29 Mei 2013.  Ba’da Shalat Zhuhur sampai Magrib WITA

Tempat:
Masjid Al-Markaz Al Islami Jend. M.Yusuf  Makassar, Sul-Sel.

Siaran Langsung di:
http://www.dzulqarnain.net & www. an-nashihah.com

Penyelenggara:
Pondok Pesantren As Sunnah Makassar (Jalan Baji Rupa No.8 Makassar, Sul-Sel.
Gratis, Terbuka untuk Umum, Muslimin & Muslimah

Kontak Panitia:
08124282216 – 085399090004-085242920351

SILAKAN SEBARKAN
بارك الله فيك

Wednesday, May 8, 2013

KAJIAN PENDIDIKAN 2013 TERBESAR DI MAKASSAR

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم

insya Allah..
Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed
-Gedung Auditorium Fak. Seni dan Desain
Universitas Negri Makassar, Parantambung

-Jum'at 29 Jumadil Tsani 1434 H / 10 Mei 2013 M
... pukul: 09.00 - 11.40 Wita

- Live: www.radioabi.wordpress.com
- Pelaksana: Mahasiswa Salafiyah
Universitas Negeri Makassar



بارك الله فيك

Tuesday, April 2, 2013

Kok Bisaaa???? Hanya Penjual Gas Keliling, Pendapatannya 3 Juta Lebih Per Bulan [Siapa Sebenarnya Dia!!???]

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Ibuku tercinta menjelang magrib memanggil seorang penjual gas dari jarak jauh. Menimbang gas di rumah menjelang habis dan menimbang musim hujan semakin larut. Tawar menawapun terjadi. Dia menjual dengan harga Rp 11.000/gas yang 3 kg. Ibuku tercinta sudah sepakat harga, tapi dibarengi dengan permohonan, "Bisa dipasangkan?" Sang penjual pun tidak merestui hal itu, ia berangkat dengan laju meninggalkan rumah idaman saya. Sementara hujan kian menderas.
Sempat saya menoleh kepada orang itu sebelumnya, maksudnya penjual tadi, dan saya teringat, "Kayaknya itu guru!" Wah, saya kaget, sembari memikir, "Kenapa guru ini menjual gas?" Bukannya status PNS sudah patut dibanggakan, toh setifikasi sudah di pundak. Teringat saya gaji PNS, sudah melambung, kisaran 3 juta lebih. Belum lagi, tunjungan sertifikasi.

Lanjut, saya menginformasikan ke orang tua, "Ma', tadi itu guruku, teman mengajar!" Ibu menyambut heran, "Haahhh, .. Kenapa kamu tidak bilang dari tadi!" Dalam hati berbisik, "Sudahla, Ma', nasi sudah menjadi basi, apalah artinya melihat sejarah lampau. Itu kan membuka pintu syaiton!"

Menarik dan sedih saya membahas ini. Ketertarikan saya, karena ia mencontohkan "pribadi" biasa. Tidak memperdulikan profesi menjanjikan ini: PNS [GURU]. Dan kesedihan saya, karena ia menopang puluhan gas 3 kg hanya dengan sepeda motornya. Layaknya gambar di atas. Tapi, yang di atas cuma ilustrasi.

Duhai, betapa diri ini malu, malu terhadap kemalasan mencari nafkah untuk kebutuhan hidup. Bukankah pribadi di atas sebagai cermin bagi setiap guru. Perlu perjuangan keras. Memang malu pasti ada, namun jangan sampai mendominasi diri. Sehingga tidak melangkah.

Ia telah menggambarkan dirinya sebagai suami ideal, mari kita simak ayat al-Qur'an menyentil kedudukan suami menafkahi istri,

"Hendaklah orang yang diberi kelapangan memberikan nafkah sesuai dengan kelapangannya dan barangsiapa disempitkan rizkinya maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya. ." (Ath-Thalaq: 7)


Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu ketika menafsirkan ayat dalam surah Al-Baqarah di atas, menyatakan, "Maksud dari ayat ini adalah wajib bagi seorang ayah untuk memberikan nafkah kepada para ibu yang melahirkan anak-anaknya serta memberi pakaian dengan ma'ruf, yaitu sesuai dengan kebiasaan yang berlangsung dan apa yang biasa diterima/dipakai oleh para wanita semisal mereka, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa mengurangi, sesuai dengan kemampuan suami dalam keluasan dan kesempitannya." (Tafsir Ibnu Katsir, 1/371)

***

Saudaraku yang baik, janganlah kita menganggap usaha yang di mata manusia fobi, menyebabkan kita lari dan malu. Sudah banyak pribadi teragung, tapi toh memberikan contoh kesederhanaan. Lihatlah, Pak Dahlan Iskan. Hanya menaiki kereta api menuju "medan" kerja.

Dan masih banyak lagi, fenomena "mencengangkan" kita, karena mereka keluar dari pemikiran "malu" mencari nafkah.
26 Desember 2011
بارك الله فيك

Gaji Tak Menjamin Ketenangan, Kawan

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Gaji 3,4 juta per bulan plus jaminan kesehatan plus bonus per 3 bulan, ternyata tak bisa memberikan ketenangan dalam hati. Itulah kondisi kawan saya yang baru-baru ini mengundurkan diri dari sebuah perusahaan motor di Makassar dengan pertimbangan matang. Pasalnya, jam kerja sangat panjang dari pukul 8 pagi hingga 9 malam. Efeknya berimbas pada ibadah. Bukan telat waktu. Tapi, ketika sholat, dalam pemikiran hanya agenda kerja selanjutnya, tugas yang masih dipending. Naudzubillah.

Maka ia pun berhijrah. Tapi, ada 1 alasan paling mendalam, ia sangat iri pada teman yang tidak memiliki pekerjaan. Namun, ia selalu tepat waktu sholat, pakaiannya muslim, tak ada beban dipikirannya. Daripada dirinya bertumpuk beban kerja, sholat berpakaian seragam, sangat tidak koheren.

Sekarang kita tahu, yang membuat kita bahagia bukan uang, tapi ketenangan dalam ibadah. Bekerja tak semestinya mengorbankan ibadah.
5 Januari 2012

بارك الله فيك