بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Sepulang shalat isya, merupakan momen tak terkira
datangnya. Adalah penjual sosis. Dahulunya ia berdangan "somai", namun faktor
perhitungan hasil dan teknis penyajiannya cukup lama, maka berlalihlah ke
"sosis". Memang salah satu pintu rezki teragung adalah via dagangan, transaksi
jual beli, apalagi fokusnya pada makanan. Mengapa? Karena ada kontribusi asupan
perut kepada pihak lain, seolah-olah tumbuhnya "daging manusia", "tingginya
ukuran tubuh", dipengaruhi keberadaan penjual makanan.
Nah, baru tadi mendapat kesempatan emas, berada
di bekang motor tahun 1990-an serasa hal langka. Di saat kita jamak bersama
motor kontemporer. Motor keluaran terbaru dari beraneka produksi. dan terkadang
kita terhimpit degannya, bukan karena motornya sempit, melainkan cicilan motor
yang kian dipikirkan tiap bulan.
Hmm.
Angin sejuk menerpa tubuh, keringat yang tadinya
hampir keluar, kembali masuk ke dalam tubuh. Memang, kadang hal lama itu
memberikan warna tersendiri. Ada rasa kangen memendam dalam diri. Motor lama,
berimbas pada kekangenan lama pula.
Saat itu, dalam perjalanan, rekan penjual
mengutarakan keutamaan motornya, "Ini lebih baik stirnya, tidak goyang
seperti motornya Fulan!" Wah, kebanggaan itu bukanlah identik dengan
"riya", setidaknya "bersyukur" dari pemberian Alloh. Meskipun
motor itu hanya seharga Rp 800.000, akan tetapi bisa difungsikan menuju rumah
Alloh menegakkan shalat 5 waktu.
Kadang kita terlalu manja bersama fasilitas
dunia, dan menutup mata pada pemanfaatan bermajelis ilmu agama. Jangankan
menggunakan motor, niatpun tak muncul sedikitpun. Sementara ilmu lebih utama
ketimbang harta. Harta malah kita menjaganya, akan tetapi ilmu, malah kita yang
dijaganya.
Hmm.
Taman sejuk bersama pedagang sosis. Tak
terlupakan memonya. Ada sesuatu paling berkesan. Karena pedangan itu, adalah
pecinta ilmu. Bayangkan, sambil berdangan, di etalase jualannya tersimpan pula
buku bacaan agama. Saat tak ada lagi konsumen, mulailah ia menyelami ilmu via
bacaan. Merupakan hal jarang kita lihat, kebanyakannya pedangan belakangan ini
hanya berorientasi dunia. Menjual sembari meninggalkan ilmu agama. Menjual tapi
tak ada berkah ketika menerima hasil jualan.
Hmm.
Rasanya beruntung mendapatkan sahabat pedangan
"sosis" yang mencintai ilmu agama. Ketimbang meraih sahabat "berkantong tebal",
membenci ilmu keselamatan dunia dan akhiratnya. Naudzubillah.
5 Februari 2012
بارك الله فيك
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك