بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Kasus
Pengunduran Diri sudah menjadi pilihan tepat dan kadang pula pilihan salah jika
tidak matang dalam persepsi ke depan. Ini merupakan sebuah kasus yang
menghasilkan dualisme resiko: gagal kedua kali, atau berhasil di kemudian hari
pasca pengunduran diri.
Saya
termasuk mendapatkan kasus seperti ini, dan ini terjadi 2 kali. Pengalaman
pertama tentu lebih "menegangkan" layaknya di atas pesawat pada saat angin topan
berembus. Persepsi akhir saya adalah, terlalu banyak penyelewengan ibadah yang
harus menjadi resiko ketika bekerja. Ambil contoh, solat wajib yang mestinya
harus TETAP WAKTU, harus terbelakang, karena urusan kerja yang tak memihak ke
agama Islam yang shohih. Sehingga saya pun mengambil keputusan melangkahkan kaki
ke jalan lain.
Untuk kedua kalinya pun demikian,
saya menjabat sebagai ketua para organisasi tertentu di dekat rumah. Sekitar 2
tahun menyentuh tubuh organisasi dan memperbaikinya, namun, masih ada saja pihak
tak memihak, tragisnya mereka mengultimatum saya secara sir (baca: pelan), "Kamu
yang ajak mereka....!" dengan muka berbentuk 0.
Biarkan Alloh membalas Anda.
Karena bukan hak saya dalam perkara kekecewaan yang mendalam.
Surat tanpa kop pun, menjadi
solusi saya.
Terhitunglah 2 surat saya selama
ini: MENGUNDURKAN DIRI.
Akan
tetapi, selau saja angin itu datang berembus "menyehatkan" hati yang gersang.
Pihak solid itulah datang bersama saya, yaitu BUKU-BUKU pada lemari saya.
Mereka-mereka menghibur saya di tengah kekecewaan dalam.
Saya
merasakan bermanfaat sekali bersamanya, yang selama ini saya sibuk
menjadiakannya tontonan dan kini saya harus mengatur buku itu dan kemudian
meraih ilmu di dalammnya.
4 Agustus 2011
بارك الله فيك
0 comments:
Post a Comment
Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك