Friday, February 22, 2013

Rp 700.000 Ludes Ulah Sang Anak, Kok Sang Ayah Malah Berbangga?

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم

Apa jadinya jika harga mobil dialihkan ke pembelian buku saja? Itulah terjadi kemarin malam. "Bagas!' Seorang pemuda. Taksiran 1 SMA. Sudah melahap buku-buku tebal dan konten agama Islam. Subhanalloh, sangat jarang kita menemui anak-anak seperti ini. Apalagi ditengah arus "kemalasan" yang kian menerpa kita. Sehingga nampaknya semakin jauh kita dengan panduan agama Islam. Jangan heranlah melihat ketimpangan aksi-aksi di masyarakat. Biangnya cuma 1, jauhnya kita dari patron agama.

Malam itu, ia datang lagi, belanjaan buku sekitar 700rb. Saya di posisi kasir dan melihat langsung kejadian ini. Sang ayah hanya berkata, "Inilah orang terdekat nanti yang akan menegur kita!"
Apa pasal?

Anak itu merupakan harapan dari keluarganya. Sudah ada aset yang bisa mengajak ke arah benar, tidak menempuh jalan buntu. Coba banyangkan ini, apakah ada pola pikir yang sama dengan ayah Bagas? Sudahkan kita memberikan ilmu, meskipun itu hanya media berupa buku kepada anak-anak kita? Ataukah kita hanya "membanjiri" anak dengan HP, Laptop, yang kian di salah gunakan. Hmm. Nampaknya kita malu menjawabnya. Ayahnya menambahkan, "Bukunya sudah seharga mobil avanza di rumah!"

Dan untuk remaja, apakah kita mengagumi sosok bagas itu? Yang duduk bersimpuh membaca buku? Hanya menabung untuk membeli ilmu? Nampaknya, kita sebagai anak malu menjawab.

Uang selalu saja kita kambing hitamkan, sembari kita berucap, "Masih banyak keperluan lain daripada membeli buku!"
Ah, kita lupa kehidupan sesungguhnya. Tertarik saya membaca buku tadi siang. Penulis mengambil analogi, kira-kira seperti ini, misalkan ada pertandingan lomba lari yang juara mendapat 7 juta, namun sang wasit berkata, "Terserah finisnya mau dimana!" Hmm. Tidak logis. Wasit ini memberikan ajaran salah. Nah, inilah gambaran bagi manusia yang mengharapkan kebaikan, tapi tidak menempuh jalannya. Apakah perahu itu bisa berjalan di daratan, kawan? Sekali lagi, jawaban yang tidak perlu dilontarkan.

Saya sangat haru, bagaimana 700rb itu diketahui habisnya dimana, ketimbang hari ini, para pemboros harta, entah kemana uang mereka. Apalagi mau ditanyakan dimana ia belanjakan hartanya. Bagas telah menjadi panutan untuk menyadari diri untuk berkontribusi dan belajar saat muda.

Mari, mari, ayo, yuk, kita kembali mengevaluasi diri ini. Semoga ada perubahan dari hari ke hari .
15 Januari 2012
بارك الله فيك

0 comments:

Post a Comment

Silahkan diisi, komentar Anda sangat membangun: بارك الله فيك